Postingan

Rabu, 21 Oktober 2020

Karna Ikut-ikutan

 Jikalau keikutsertaan kita dalam kegiatan kebaikan, karna ikut-ikutan. Lantas merasa ragu, apakah yang kita lakukan sudah betul atau malah karna ikut-ikutan, menjadikan diri bermalas-malasan menunggu hati siap, baru mau menjemput Hidayah.


Agaknya itu perlu di pertanyaan, sampai kapan menunggu siap, baru mau bergerak menginjakkan kaki untuk ranah kebaikan?


Bukankan perkara menjadi baik dimulai dari perkara tidak baik, lalu melawannya?


Bukankah pada awalnya, harus ada paksaan di dalam diri, sekurang-kurangnya karna ikut-ikutan, lalu berlanjut hingga hidayah itu hadir pada diri ?


Atau bahkan, mungkin karna niat lain, selain niat lillahi karna Allah, sehingga diri ini mudah untuk ikut dalam kegiatan kebaikan.


Percaya dan yakinlah, bahwa yang namanya hidayah tak kan salah orang. Yakinlah bahwa setiap yang terjadi pada diri ini, sudah ditakdirkan bahkan sebelum lahir ke dunia.


Lantas, mengapa harus takut?

Takut, jika setiap laku masih jauh dari prihal sempurna. lantas, menunggu siap baru mau bergerak, sampai kapan akan siap?


Maka mulai saat ini, di detik ini pula, mulai saja selagi bisa. Soal hasil itu urusan Tuhan.


Semangkin Tinggi Mendaki

 Semangkin tinggi mendaki, maka terlihat semangkin kecil ukuran manusia. Maka tak heran, kenapa Allah tak memandang rupa. Toh, dari atas langit saja manusia hampir tak terlihat. 


Bagaimana Allah memandang standard rupa menjadi kemuliaan, jika manusia saja, hampir tak terlihat dari atas sana.


Bagaimana Allah menilai harta sebagai standard kebahagiaan, jika dengan harta malah membuat manusia bergelut hingga menghalalkan segala cara untuk memperkaya dirinya.


Oleh karnanya, Manusia tak dianggap mulia karna parasnya, tak pula selalu bahagia dengan hartanya. Namun mulia dan bahagia dengan segala perbaikan dalam dirinya.

Rabu, 14 Oktober 2020

Tak Ada Yang Benar-Benar Peduli

 Apa yang harus kita banggakan dan tunjukan kepada semua orang, kalau harta, jabatan, kepopuleran yang di pamerkan, hanya dilirik sebentar, setelah itu semua akan masa bodo dengan apa yang dilakukan.


Semua tak benar-benar peduli. Kepedulian itu hanya sebatas lirikan pertama, dalam hitungan hari, bahkan jam saja akan hilang seketika. Benar-benar tak ada yang perlu di pamerkan. Apalagi selalu berfikiran bahwa apa yang di kenakan harus membuat orang lain terkagum-kagum sampai-sampai rela habis-habisan hanya untuk sebatas penilaian. 


Tak ada yang benar-benar peduli setiap hal tentangmu. Maka tak perlu harus terlihat keren, cool, cantik, glamour hingga seakan seolah-olah jadi anak Sultan. 


Coba fikirkan, usaha berbagai cara apapun, berkorban sebanyak apapun, jika tujuannya hanya satu yaitu mengharapkan pujian orang lain, hanyalah kesenangan sekejap namun berjuangannya sudah setengah mati. Ibarat jualan, tapi gak pernah Untung-untung, rugi terus. Ya begitulah kira-kita penggambaran orang yang tujuan hidupnya hanya Sebatas "apa kata orang".


Lagi pula, masih banyak hal lain yang lebih berfaedah yang dapat dilakukan dibandingkan hanya sibuk mencari cara untuk menjadi tenar biar banyak orang yang memuji. Ujung-ujungnya juga akan sia-sia.

Selasa, 13 Oktober 2020

Urgensi berhijab

 Menjadi sosok yang di karunia sifat lemah lembut dan penyayang merupakan ciri paling menonjol untuk kategori mahluk ciptaan Tuhan bernama Wanita. Sosoknya yang sangat di hormati hingga dalam agama Islam saja, sangat menyanjung tinggi sosok wanita dengan gelar 'Muslimah'.

Sangking mulianya ia, hingga Allah memberi amanah agar ia menjulurkan hijabnya keseluruh tubuh kecuali telapak tangan dan wajah. Kenapa demikian? Sebab, Allah ciptakan seorang wanita sebagai perhiasan dunia. Jika perhiasan itu ia tampakkan kepada yang bukan mahramnya, Maka tak ternilai lah ia. Karna mudah di pandangan liar oleh mata jelata. Namun jika ia sembunyikan perhiasan itu dengan hijabnya, tak mudah sepasang mata jelata melihat keelokannya. Sulit untuk melihatnya. Sehingga nilainya pun tak terkira.


Hijab adalah hak setiap muslimah. Mengenakannya adalah sebuah hal yang wajib. Maka tak lantas berlebihan jika Allah bahkan mengabadikannya dalam Qur'an Surah An-Nisa'. Betapa mulia ia, hingga Allah buatkan khusus surat cinta untuknya. Bukan kaleng-kaleng isi surat itu. Allah tuliskan sejak 1400 tahun yang lalu. Walau begitu, tak mesti membuat surat itu usang ditelan zaman. Malahan surat itu kini menjadi bukti, bahwa menjadi muslimah bukanlah sebuah pilihan, melainkan sebuah kewajiban.

Yuk, menjadi muslimah dengan berhijab🤗

Membaca Al-Qur'an di Hp, boleh kah?

 “Mana yang lebih utama membaca al-Quran dari handphone/gadget atau dari mushaf?”


ﺍﻟﺠﻮﺍﺏ:



ﺑﺎﻟﺘﺄﻛﻴﺪ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺼﺤﻒ ﺃﻓﻀﻞ، ﻭﺃﻋﻈﻢ ﺃﺟﺮًﺍ، ﻭﺍﻟﻨﻈﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺼﺤﻒ ﻋﺒﺎﺩﺓ، ﻟﻜﻦ ﻣﻴﺰﺓ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻮﺍﻝ ﺃﻧﻬﺎ ﺑﺄﻳﺪﻱ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﺃﻳﺴﺮ ﻟﻬﻢ، ﻭﺃﻳﻀًﺎ ﻻ ﻳﺤﺘﺎﺝ ﺣﻤﻞ ﺍﻟﺠﻮﺍﻝ ﺇﻟﻰ ﻃﻬﺎﺭﺓ، ﻭﻟﺬﻟﻚ ﻛﺎﻧﺖ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﻣﻦ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﺟﻬﺰﺓ ﺍﻟﺤﺪﻳﺜﺔ ﺃﻳﺴﺮ ﻟﻠﻨﺎﺱ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﺑﺎﻟﻤﺼﺤﻒ، ﻻ ﺳﻴﻤﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻄﺮﻗﺎﺕ ﻭﺃﻣﺎﻛﻦ ﺍﻻﻧﺘﻈﺎﺭ، ﺍﻟﺘﻲ ﻻ ﻳﺘﻴﺴﺮ ﻟﻺﻧﺴﺎﻥ ﻓﻴﻬﺎ ﺍﻟﻘﺮﺍﺀﺓ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺼﺤﻒ


“Tentu saja membaca dari mushaf lebih utama bahkan lebih besar pahalanya. Melihat pada mushaf adalah ibadah, akan tetapi keistimewaan membaca dari ponsel adalah lebih mudah, dan juga tidak mengharuskan memegang ponsel (aplikasi al-Quran) dalam keadaan suci.


Oleh karena itu membaca dengan gadget modern seperti ini lebih memudahkan bagi manusia daripada membaca melalui mushaf. Lebih-lebih pada kondisi sedang menunggu (antri pada suatu tempat) di mana tidak memungkinkan bagi manusia membaca dari mushaf.”


Sementara itu, Syaikh Shalih Al-Fauzan dalam situs berbahasa Arab, Islamqa, oleh Rumaysho juga menegaskan jika terdapat mushaf dan ponsel, maka dianjurkan untuk membaca al-Quran dari mushaf.


Beliau berkata:


ﻫﺬﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﺮﻑ ﺍﻟﺬﻱ ﻇﻬﺮ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﺎﺱ ، ﺍﻟﻤﺼﺎﺣﻒ ﻭﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﻣﺘﻮﻓﺮﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺪ ﻭﺑﻄﺒﺎﻋﺔ ﻓﺎﺧﺮﺓ ، ﻓﻼ ﺣﺎﺟﺔ ﻟﻠﻘﺮﺍﺀﺓ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻮﺍﻝ


“Ini termasuk kemewahan pada manusia (memakai ponsel). Mushaf sangat banyak di masjid dengan cetakan yang bagus. (Dalam keadaan ini) tidak perlu membaca dengan ponsel.”***


Tak Dianggap

 Kamu merasa tidak di anggap oleh temanmu?. saat semua temanmu sedang asik bercengkram, Kau seakan tak di anggap ada, sedang kau bersama mereka. Yang lain berperan sedang kau tak diberi. 

Yaa begitulah nasib orang yang tidak di anggap. 


Sakit?, Pasti!.

Jika dengan sesama manusia saja sesakit itu rasanya tidak dianggap, apalagi dengan sang pencipta. 

Manusia seakan melupakan Penciptanya. Sibuk dengan urusan dunianya hingga lupa akan hubungannya dengan pencipta.

Melirik saja kadang enggan, apalagi untuk mematuhi perintah-Nya. 


Sabar Itu Tanpa Batas

 Untuk kesekian kalinya, bergelut dengan rasa sabar itu takkan ada habisnya. 

Ada yang bilang 'aku tuh udh terlalu sabar tau sama semua ini', ada juga yang bilang 'lama-lama kesabaran aku udh habis' atau ada yang bilang gini 'udah deh, aku udh gak lagi mampu buat sabar'.

Yaa bisa di bilang, banyak dari kita mungkin mengalami hal yang sama, berfikiran yang sama tentang sabar itu sendiri.

Tapi tahukah kamu, bahwa dalam Al-Qur'an udh nyinggung sabar itu sendiri loh..yuks simak

"Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar“. (Q.S An-Nahl Ayat 126).


Islam sangat menekankan tentang sebuah kesabaran kepada umatnya.


“Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian.” (QS. Ali Imran : 200)


Dalam ayat yang lainnya, Allah ﷻ juga berfirman :

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar : 10)


Melalui ayat-ayat tersebut kita bisa mengetahui, bahwa Allah telah memerintahkan kepada seluruh orang beriman untuk bersabar, karena Allah telah menyediakan balasan pahala yang tak terhingga bagi siapapun yang mampu untuk bersabar.


Nah, jika ada rasa-rasa was was nih sama kesabaran, Allah telah menjelaskan bahwa sungguh, jika seorang hamba membalas sesuatu yang buruk padanya dengan sikap sabar itu lebih baik baginya, serta ia juga mendapat tempat bersama-sama orang yang sabar, plus bonus pahala tanpa batas.

Untukmu Yang Merasa Kalah

 Kau lihat, temanmu sedang berfoto ria sambil menggenggam mendali. Tepukan gemuruh kian terdengar hingga keseluruh penjuru. Sorakan kian menderum dari mulut sekumpulan orang.

Sedang kau, menjadi pemandu sorak, sambil menghelus- helus dada. 

Tenang saja, Kau tak sendirian. Apalah arti sebuah kemenangan, jika tak ada yang kalah. Apalah arti sebuah kekalahan, jika yang menang hanya lah hitungan angka satu, dua dan tiga.


Tenang saja, kau tak sendiri. Kau sedang bersama orang hebat lainnya, yang bernasib sama dengan mu. Tak perlu kau marah dan bersedih hati. Kegagalan hari ini, bukanlah apa-apa. 


Kau hanya perlu berusaha dan selaraskan dengan Do'a-doa terbaikmu di hadapan sang pencipta. Kau adalah orang hebat.


Gagal, tak selalu berbuah kekecewaan. contohnya Thomas Alva Edison si penemu lampu pijar. sebelum ia berhasil menciptakan lampu, ia harus menahan kegagalan sebanyak lebih dari 999 kali percobaan. karna ia tak menyerah dan terus berusaha, akhirnya pada percobaan yang ke-1000-an, ia berhasil menciptakan bola lampu pijar. jika pada saat itu Thomas berhenti pada percobaan yang ke-1000! Bisa jadi, sekarang kita masih menggunakan lampu minyak yang tidak praktis dan cahayanya pun tidak seterang bola lampu seperti sekarang. Dan masih banyak lagi orang hebat yang terlahir karna faktor kegagalan. 

Maka, untuk apa bersedih dan berlama-lama dalam keterpurukan bayangan kegagalan, jika saat ini, kau masih punya kesempatan untuk menjadi pemenang.

Tak apa, jika usahamu hari ini hanya berbuah kegagalan. Tak perlu khawatir apalagi bersedih hati. Masih banyak peluang di luar sana, yang siap menanti aksi memukau dari diri mu. Semangat!

Status Mahasiswa

 Rugi jika penyandang status Maha (tinggi) dari semua siswa ini hanya sebatas status. 

Rugi rasanya jika penyandang gelar "maha" dari seluruh siswa ini hanya belajar sekedar ngampus saja.


Rugi banget jika sekarang banyak mahasiswa hanya bergerak sebatas di dalam ruang kelas, tanpa mau dan berani bergerak pada realita di luar ruangan.


Sebenarnya tanpa harus menghafal rumus dan kosa kata ilmiah pun, apa yang kita pelajari di dalam dunia pendidikan di sekolah maupun di kampus, inti dari yang kita pelajari, dasar ilmunya itu ada di masyarakat. semua itu tentang persiapan bekal untuk terjun ke dunia masyarakat.


Nah, apakah cukup persiapan kita hanya sebatas duduk, diam dan mendengarkan saja?

Apakah cukup Persiapan kita hanya sebatas gelar lalu bekerja saja?


Jelas tentu tidak!. Maka rugilah mahasiswa yang hanya bergerak datang ke kampus dengan tujuan memenuhi absen dan ruang kelas saja. 


Status Mahasiswa itu sangat berpeluang untuk menjadi agent of change. Ya, kaum perubahan. Bagaimana dengan kehadirannya bisa menciptakan perubahan dan karya-karya yang mengagumkan. 


Di saat porak poranda adu domba, pertikaian, kesengsaraan serta kebodohan meraja Lela, ia hadir sebagai solusi dari segala permasalahan. 

Maka sangat rugi  jika mahasiswa hanya sebatas kaum terdidik, tanpa berani menjadi pelopor kaum perubahan.


Dimana lagi kita bisa bereksplorasi jika bukan di organisasi. Organisasi bukan hanya sebagai wadah berekspresi sesuai bakat kita masing-masing, melainkan tempat mencetak generasi-generasi yang berintelektual sekaligus sarana belajar segala hal yang tidak kita dapatkan di dalam kelas yakni tentang tanggungjawab.


Menjadi aktivis adalah pilihan. Ketika ia menjadi pilihan, maka hanya orang tertentu saja yang akan mengisi posisi-posisi penting dalam kepengurusan organisasi itu. 

Menjadi Aktivis bukan hanya sekedar sibuk buat program saja. namun dengan segala program yang di susun sedemikian rupa itulah yang nanti menjadi projek-projek yang akan di realisasikan.

 Apalagi jika projek-projek itu adalah agenda kebaikan, tentu jelas akan menjadi kesibukan yang akan mengesankan baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Saat muslimah mulai jatuh cinta

Cerita Epa Pariyanti, Pertukaran Mahasiswa Merdeka, Angkatan 1

  BERTUKAR SEMENTARA BERMAKNA SELAMANYA (Doc. acara pelepasan mahasiswa PMM dengan menggunakan baju adat daerah m...