hidup menuntut kita untuk percaya bahwa jika ada kehidupan maka akan ada kematian. Rezeki, jodoh dan maut t'lah tertuliskan dalam catatan dairy kehidupan yang di namakan lauhul mahfuz. Sayangnya tidak ada satupun dari kita yang menyimpan dairy kehidupan ini, sehingga kita hidup dengan menerka-nerka sesuatu yang akan terjadi.
Ketika ruh tidak lagi membersamai raga, maka ia akan di sebut jasad. Ia tak bisa bergerak, tak bisa berteriak, dan tak bisa berlari karna tempatnya begitu Sempit dan pengap. Sekalipun ia berteriak, tak ada seseorang pun yang dapat mendengarnya. Bukan karna tak peduli, namun karna dunianya yang berbeda.
Ketika hidup, kita sering di puji, di sanjung, di bangga-banggakan sehingga tak heran jika banyak orang yang mendekat, hingga bahkan rela mengorbankan waktu, tenaga serta uang hanya untuk melihat kita.
Namun ketika kematian tiba, saat hanya jasad saja yang ada di depan mata. Semua orang akan pergi, kecuali amal ibadah dan keluarga itupun jika ada yang peduli.
Ketenaran, kepopuleran, prestasi, uang yang melimpah tak akan dapat menolong kita kelak di sana.
Kita di beri waktu untuk hidup hanya satu kali, jikalaupun ingin meminta dengan bersimpuh sekalipun tak akan mampu mengembalikan keadaan. Namun tak mustahil pula jika Allah berkenan 'Kun Fayakun' untuk memberi kesempatan kedua, itupun hanya di peruntukkan bagi orang-orang terpilih saja.
Lantas apa yang harus kita bangga-banggakan?
ketenaran, kepopuleran, prestasi, uang yang berlimpah, jika pada akhirnya semua tak berarti apa-apa. Namun hanya amal ibadah lah yang menolong kita kelak di sana.
.
.Rabu, 29 April 2020