Postingan

Sabtu, 05 September 2020

Bahagia itu Sederhana

 Siapapun pastinya ingin bahagia, baik tua maupun muda. Namun beberapa di antara kita sangat sulit untuk mencapai kebahagiaan. Sulitnya merasakan kebahagiaan biasanya karna faktor mementingkan urusan duniawi, hingga lupa akan kehidupan setelah mati yaitu akhirat. Sehingga segala sesuatu yang di lakukan baik itu yang menyita waktu, tenana, hingga perasaan hanya untuk tujuan dunia. tenggelam dalam dunia hitam juga menjadi salah satu faktor kenapa sulit untuk bahagia. 


Padahal bahagia itu sebenarnya sederhana loh. Contohnya saat kita melihat ada orang tua yang mau nyebrang di jalan, dan kita ngerasa iba dan kita tolong orang tua itu untuk nyebrang. Setelah menolong orang lain, ada rasa yang tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. Rasa yang hanya orang tertentu yang dapat merasakan yaitu ketenangan dan rasa kebermanfaatan. Sehingga kebahagiaan pun akan terasa. Ada lagi yang lebih sederhana, yakni dengan menerbar senyum kepada semua orang, bertegur sapa dan menebarkan kebaikan. Insyaallah kiat-kiat meraih kebahagiaan akan dirasa. Begitu berharga kebahagiaan itu, sehingga wajar jika disandingkan dengan uang pun tak lebih berharga dari rasa bahagia. Bahagia itu sederhana

Waktuku sudah tak lama lagi

 Tercatat sudah takdir setiap manusia, entah itu berupa catatan jodoh, rezeki, lahir di rahim siapa, hingga kapan dan dimana maut akan menjelma.


Menerka dengan angin, aku akan seperti ini, seperti itu. Tak mengapa, walau hanya terkaan angin, namun catatan itu pun berwujud tak kesat mata. Toh,Yang mencatat juga tak kesat mata. 


Hidup di dunia ini hakikatnya hanya sementara. Sewaktu-waktu tanpa permisi datang sosok dari balik sudut tak terduga medekap, menikam kita tanpa kenal kapan, sedang apa dan sedang di posisi seperti apa. Tugas mereka adalah menarik ruh di dalam jasad manusia untuk di antar ke hadapan yang Kuasa, yaitu Allah SWT untuk dimintai pertanggungjawaban.


Disanalah, dihadapan-Nyalah semua akan jelas, pertanggungjawaban kita selama di dunia. kita akan ditanya dan disanksi dengan balasan yang setimpal dengan apa yang kita perbuat selama di dunia. 


Waktu muda, kita habiskan dengan apa?, Persiapan apa yang telah kita siapkan untuk menghadap-Nya?, Kesibukan apa yang telah menyibukkan kita selama di dunia?, Cara apa yang kita lakukan ketika meraut rezeki dan apakah kita telah memberikan hak orang lain di dalam harta kita?, Karna hakikatnya di setiap rezeki yang Allah berikan kepada kita, tak lain dan tak bukan ada hak orang lain yang tersemat di dalam rezeki itu. 


Maka tugas kita adalah memberikan hak orang lain sebagaimana mestinya. 


Hitungan umur versi manusia akan selalu bertambah. Umur sembilan belas ke dua puluh, dua puluh ke dua puluh satu dan seterusnya, hingga tiba saatnya ruh tak lagi bersama raga.

Maka sudah sejauh mana persiapan kita?

Saat muslimah mulai jatuh cinta

Cerita Epa Pariyanti, Pertukaran Mahasiswa Merdeka, Angkatan 1

  BERTUKAR SEMENTARA BERMAKNA SELAMANYA (Doc. acara pelepasan mahasiswa PMM dengan menggunakan baju adat daerah m...