Postingan

Rabu, 23 Desember 2020

Pasti bisa berubah

 Sekeras-kerasnya batu pun akan terkikis oleh hempasan ombak. Sekuat-kuatnya kayu, akan tertebas oleh tajamnya kapak.


Sekeras-kerasnya hati manusia, pasti akan luluh oleh hidayah yang mampu menggetarkan batin. Sebanyak apapun dosa Seorang hamba, Akan selalu Allah ampuni. Tinggal manusia yang mau atau tidak.


Kesenangan dunia nyatanya lebih menggoda ketimbang menaati perintah Tuhan. Ketidak berdayaan kita luput dari dosa, seakan menggoda untuk melakukannya. Akhirnya seiring terus menerus melakukan hal yang jelas-jelas tak ada faedahnya. menganggap itu hal yang biasa, tanpa ada rasa takut akan akibatnya.


Akhirnya tak ada rasa takut dan malu berbuat dosa. Bahkan tak segan memamerkannya di dunia maya. Seakan dosa itu bukan noda.


Entah dunia ini yang terbalik atau memang sudah masanya seperti ini.


TAK SEPERTI YG TERKIRA


Di sisi yang berbeda, ku lihat ada seorang wanita tengah tergopoh-gopoh memakai kaus kaki dan kain yang menutupi pergelangan tangannya. Ku tatap ia sepertinya sedang terburu-buru, terlihat dari cara berjalan dan cara memasukkan buku di dalam ranselnya.


Tak berselang lama, kupandang orang-orang di sekelilingnya. Mataku tertuju pada sosok wanita berambut panjang di antara keramaian wanita yang mengenakan hijab. 


 aku lihat kali ini, bukanlah yang pertama kali. 


Baru ku sadari bahwa wanita yang berbeda itu ternyata tergabung dalam sebuah LDK (lembaga dakwah kampus) yang mayoritas anggotanya mengenakan hijab bagi wanita dan celana cingkrang bagi pria.


Tatapku dirundung tanda tanya. Apakah wanita itu tidak merasa aneh dengan penampilannya? Atau kah organisasinya yang terlalu terbuka menerima anggota?


...


Sang Surya mulai menyapa dengan pancaran sinar terangnya. Sinarnya mampu membuka banyak mata yang tengah terlelap dalam mimpi. Suara Kokok ayam dan kicauan burung turut membuka hari, pertanda bahwa sudah masuk pagi.


Kali ini suasana amat berbeda. Tak seperti biasanya wanita yang kulihat sering bersama para wanita yang berhijab, kala itu tidak berkumpul bersama mereka. Tatapku tak luput dari mereka. Ku lihat sepertinya mereka sedang membicarakan suatu hal yang penting. Terlihat jelas dari raut wajah salah satu wanita yg sangat serius dan paling sering berbicara. 


Melihat mereka, aku teringat. Apabila detektif sedang merencanakan sebuah misi khusus, ia akan berkumpul bersama rekannya di suatu tempat rahasia untuk membahas strategi yg nantinya menjadi konsepan aksi. 


Kira2 seperti itu gambaran suasana dari kumpulan wanita berhijab di sudut gazebo. Btw, gazebo adalah tempat yang di sediakan oleh fakultas untuk mahasiswa bertukar fikiran. Istilah sederhanannya tempat nongkrong mahasiswa.


Singkat cerita, ternyata wanita yang berambut panjang itu namanya Laila. Laila adalah salah satu mahasiswi jurusan informatika. Laila sangat aktif dalam beberapa organisasi. Salah satunya Lembaga dakwah Fakultas. Walaupun penampilannya agak  berbeda dari teman-teman di lembaga tersebut.


Permasalahan bermula, saat Laila sering absen saat rapat dan sering tidak msuk kuliah. Teman-teman Laila sangat khawatir dengan Laila. Pagi itu, mereka sedang merencanakan akan kerumah Laila. Namun ternyata ada sedikit perdebatan di antara mereka. Salah satu dari mereka mulai angkat bicara. "Kayaknya, Laila udah sadar kalau dia itu berbeda dari kita. Kita di ldf semuanya pake hijab. lah dia masih aja gak pake hijab" Kata Ainun dengan ketus. Indah yang mendengar lalu berkata "kita gak ada hak untuk menilai apakah orang itu berdosa atau tidak. kita juga gak bisa langsung menjudge bahwa kita yang ada ada dilembaga dakwah gak bakal luput dari dosa. jadi, kita gak boleh suuzon sama orang. bisa jadi dia sedang dalam tahap proses memperbaiki diri. tugas kita bukan menyalahkan tapi merangkul" Indah membalas ketus Ainun . "Lagi pula soal Laila yang tidak pake hijab, itu mungkin karna dia lagi tahap meyakinkan diri, dan kita sebagai teman harus dukung dan suport dia, Oke" Tambah Indah. Mendengar ucapan indah, semua temannya mengangguk.


Sore itu, mereka berangkat ke rumah Laila. Sesampainya di rumah Laila, mereka terkejut mendengar suara pertengkaran di dalam rumah Laila. Mereka semangkin khawatir pada Laila.


Salah satu dari mereka berencana "besok kita janjian sama Laila untuk ketemu, aja, gimana?"


Karna melihat situasi yang tidak kondusif di rumah Laila, mereka pun menyetujui saran itu.


...

Keesokan harinya, sebelum bertemu dengan Laila. Indah mengirim paket kerumah Laila. Indah meresa bersalah pada Laila karna tidak peka akan masalah yang di hadapinya.


Sesampainya Laila di cafe. Laila di sambut dengan senyum dari teman-temannya. "Assalamu'alaikum" Indah menyapa Laila yang sedang berjalan menuju arah mereka. "Wa'alaikumussalam" saut Laila membalas salam indah. "Silakan duduk, lai" Ainun sambil menggeser kursi di sampingnya. "Gimana kabarmu lai? Udh beberapa hari ini kami nunggu kamu loh di sekre" Riska sambil cipak cipiki dengan Laila. "Iya lai, kami kangen banget sama kamu" Ainun sambil menepuk lembut tangan Laila. Indah dan meli tak kalah angkat bicara. "Aku juga kangen sama kamu lai" saut meli. "Kami semua kangen kamu lai" saut indah


"Alhamdulillah keadaan aku baik kok teman-teman. Jujur, aku juga kangen sama kalian" Saut Laila. 

"Oiya, aku lupa bilang sama kalian, kalau aku sekarang udah kerja, jadi aku pindah jadi anak PPAPK. Karna jadwal kuliah aku malem dan dari pagi hingga sore aku kerja. Aku benar-benar minta maaf kalau baru sekarang aku bilang sama kalian" tambah Laila.


"Oo pantesan, aku gak pernah liat kamu lagi di kampus. Aku khawatir kamu ...(Dian sejenak). Syukurlah kalau kamu masih tetap kuliah lai. Aku ngira yg enggak-enggak hee" saut Ainun dengan ekspresi malu.


"Syukurlah lai, kami  khawatir kamu gak lagi kuliah. Dan untuk masalah di LDF, Insyaallah kamu akan ditetap Nerima lai, walaupun untuk kinerja mungkin nanti dri Laila bisa menyesuaikan enaknya gimana" indah meyakinkan. 


Pertemuan itu menjadi penerang kegelisahan teman-teman Laila. Laila mulai terbuka atas masalah yang sedang di hadapinya. Indah dan teman-teman yang lain baru tau bahwa ayah Laila di PHK, dan ibu Laila yang di tagih rentenir karna tidak mampu bayar utang. Sehingga Laila harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan membayar hutang ibunya. 


Jauh dari itu semua, Laila juga terbuka soal kenapa dia tidak menggunakan hijab. Sudah sejak lama ia ingin menggunakan hijab. Namun, karna himpitan ekonomi dia tidak mampu untuk membeli hijab dan pakaian panjang yang sering di gunakan teman Laila. Laila meminta maaf. Atas ketidak terbuka Laila pada temannya dan membuat temannya khawatir akan Keadaannya. Ia berjanji, tidak akan membuat temannya khawatir lagi.


Sebelum Laila berpamitan, mereka berpelukan dan saling menyemangati satu sama lain.


Berat Sama di pikul

 Dalam suatu pekerjaan, mestinya kita ingin segala sesuatu berjalan lancar tanpa ada hambatan. Perencanaan yang di buat sedemikian rupa mesti inginnya terwujud menjadi kenyataan. Kesesuaian antara target dan kenyataan di lapangan tak berbanding terbalik.

Tak terbayang jika dalam sebuah pekerjaan, tim kerja saling sibuk sendiri, tak perduli dengan rekan kerjanya. So, pasti bakal berpengaruh pada kesan solidaritasnya sebagai tim work ya. Plus pekerjaan jadi Sulit untuk terselesaikan.


Beda halnya jika tim kerja kita adalah tim yang mau terbuka akan suatu masalah, kalau di ajak diskusi tu enak, kita bisa dapat solusi dan kalau di ajak ngobrol tu buat kita gak bosan, pokoknya Friendly banget orangnya, yang pasti urusan pekerjaan pasti bakal tuntas dan kita bakal so happy ngerjain kerjaan kita.

Istilahnya berat sama dipikul, ringan sama di jinjing. Ajip banget kalau tiap tim work, gunain prinsip ini dalam bekerja.


Krisis

 Krisis visi

Teh Qonita pernah bilang di salah satu Sekmen podcastnya, kalau dulu sebelum teh Qonita nerbitin buku 'seni tinggal di bumi'. Sebenarnya kalimat yang ada di buku itu adalah kalimat yang di tulis dan di buat konten oleh teh Qonita di ig @qoonita. 


Dengan konten dan tulisan yang di share teh Qonit di akun Ignya tujuan sebagai salah satu kontribusi teh Qonit dalam dakwah lewat konten kreatif . Dan pada saat itu teh Qonit gak kefikiran kalau mau di buat buku. Latar belakang dari pembukuan buku seni tinggal di bumi itu sendiri, di dasairkan dari  Quarter Life Crisis di mana pada saat itu teh Qonita lagi apes banget. 


kenapa di katakan apes, sebab pada saat itu teh Qonit belum punya pekerjaan tetap, sehingga gak punya penghasilan utk membiayai kebutuhan hidup. Pada saat itu teh Qonita punya uang pegangan 3 ratus ribu utk bertahan hidup selama 2 bulan. 


Alhasil teh Qonita harus berusaha keras utk hidup sehemat hematnya. Namun tantangan tidak hanya datang dari problem finansial saja. tantangan bertahap pun tak kalah mengkhawatirkan. 


Pada saat teh Qonit lagi hemat-hematnya, tiba2 ada  tawaran pekerjaan yang gajinya menggiurkan. Tapi apa yang teh Qonit lakukan. di situasi keuangan yg  mencekik, teh Qonit lantas menolak tawaran pekerjaan itu, dengan alasan pertimbangan waktu yang akan terkuras lebih banyak pada pekerjaan itu di banding meneruskan hafalan Qur'an dan dakwah melalui konten di medsosnya. 


Nah, sedangkan teh Qonit punya projek, bahwa ia harus membuat konten atau tulisan di ignya minimal 1 bulan 4 kali. Sehingga pada saat itu teh Qonit lebih memilih kehilangan kesempatan utk bekerja dengan  penghasilan tinggi hanya untuk mengejar projek-projek yang sudah sedari awal ia tekuni. 


Kata teh qonit, untuk apa punya pekerjaan dengan hasil berlimpah kalau harus mengorbankan tujuan hidup. Hidup ini bukan selalu membahas soal uang, iiii kita harus rela berkorban untuk suatu hal yang kita sangat yakin itu akan lebih memberi efek samping  yang berdampak baik bagi kita dan orang lain. Maka di sini penegasannya yakni pada prinsip hidup. Hidup itu harus punya tujuan berupa visi dan misi, sebab walaupun kita memiliki semua hal termasuk keuang yang melimpah, harta yang tak habis Hingga tujuh turunan sekali pun, kalau tetap tak punya tujuan hidup, maka bersiaplah utk hidup seakan mati. 


Dengan tidak punya tujuan hidup, kita akan lebih cenderung hidup untuk memenuhi visi dan misi orang lain. Ia, jika visi dan misi tersebut selaras dengan pemikiran kita. Jika tidak?. Maka selama hidup kita hanya akan menjadi budak pemenuh visi dan misi orang lain.


Perbedaan Efektif  dan efesien yakni

Efektif di tujukan untuk sesuatu yang dikerjakan sesuai waktu yang di tentukan, namun belum tentu tujuannya tercapai. Nilai plusnya ada pada manajemen waktu yang teratur dan terarah setiap waktunya.


Sedangkan efesien di tujukan untuk sesuatu yang di kerjakan dengan Waktu yang tidak berurutan. Nilai plusnya yakni tujuannya tercapai.


Kbbi

efi·si·en /éfisién/ a 1 tepat atau sesuai untuk mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, biaya); 2 mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat; berdaya guna; bertepat guna; sangkil;

efektif/efek·tif/ /éféktif/ a 1 ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); 2 manjur atau mujarab (tentang obat); 3 dapat membawa hasil; berhasil guna (tentang usaha, tindakan); mangkus; 4 mulai berlaku (tentang undang-undang, peraturan);


Menurut www.//.sainstif.com

Efektif adalah cara mencapai suatu tujuan dengan pemilihan cara yang benar dari beberapa alternatif, kemudian menginplementasikan pekerjaan dengan tepat dengan waktu yang cepat. Efisien adalah cara untuk mencapai suatu tujuan dengan penggunaan sumber daya yang minimal namun hasilnya maksimal.


Manusia kuat

Ahad, 2 Agustus 2020

Kamu yang kini memikul beban berat di pundakmu, sering di salahkan dan dijadikan rujukan pertama sebagai pelaku. 

Dirimu yang kini terlihat sibuk, sering menjadi bahan incaran pertama saat masalah silir berganti menghamuk.

Dirimu yang kini merasa tak berguna, karna dirasa belum bisa berbuat apa-apa.

Dirimu yang kini jadi incaran sekumpulan mata jelata, untuk meminta pertanggung jawaban semata.


Aku lihat kau begitu kuat, kau masih berdiri tegak walau kau tau, kau pasti akan terjatuh. 

Kau berusaha membendung masalah mu seorang diri. Membiarkan masalahmu menghantui, walau di salip rundung masalah mu, kau mampu sibuk mengurus masalah orang lain. 

Kau begitu kuat, terlihat seakan tak ada beban berat, tetap berdiri tegak, berjalan seakan jatuh namun berusaha terlihat tegak.


Melihatmu hari ini, aku belajar sesuatu. masalah pasti akan datang, ancaman pasti mendekap, di salahkan itu pasti. Tapi satu yang tak boleh terlihat dan orang lain tau. Masalah, masalah, dan menggerutu. 


Kau tepis semua masalahmu, hanya untuk menjadi pendengar yang baik saat yang lain berbagi masalah padamu. Kau berusaha meyakinkan bahwa setelah ini takkan terjadi apa-apa. semua akan baik-baik saja. sedang masalah mu sendiri, lebih besar dari itu. Orang yang kau rela menjadi mendengar nya  belum tentu peka akan masalahmu dan mengajukan berbagi masalah sepertimu.


Tapi kau kuat, kau berusaha tak menampakan beban hidupmu di hadapan banyak orang hanya untuk melihat berpasang mata tak berlinang air mata. Kau rela menahan haus dahaga hanya untuk  perasaan orang lain.


Kadang kerja kerasmu tak berbuah senyum, malah berbuah cibiran. Namun semua kau tepis hanya untuk meyakinkan bahwa usaha takkan mengkhianati hasil.


Produk-tips

Senin, 3 Agustus 2020

 Seorang muslim, sebenarnya mubazir jika di tambah sebagai muslimah produktif, sebab dengan kata Muslim saja sudah menunjukan tindakan produktif.

Kenapa?..


Sebab sebagai seorang muslim, sebenarnya dalam syahadat, asyhadualla Ila Haillallah (tiada Illah selain Allah). Di mana Illah itu berupa permohonan, pertolongan, kepasrahan, itu ditujukan kepada Allah. Contohnya dalam sholat, puasa, zakat, sedekah, haji, kita sebenarnya sudah melakukan hal yang produktif. Bagitu juga dengan Muhammadarasulullah (Muhammad itu utusan Allah).



Bersama kesulitan ada kemudahan

Selasa, 4 Agustus 2020


Allah mengembankan amanah di pundak suatu hamba, tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menguji seberapa seorang hamba yakin bahwa pertolongan yang pertama akan datang dari Allah. Seberapa yakin dan percaya seorang hamba bahwa Allah lah yang lebih berhak di mintai pertolongan.


Allah yakin, bahwa si Fulan lah yang mampu mengemban beban berat ini di banding yang lain. Jika orang lain yang mengemban amanah ini, lantas tak mesti bisa setegar dan sekuat Fulan dalam mengemban amanah itu.


Percayalah, bahwa amanah yang sering kita anggap sebagai beban, itu semata-mata hanya titipan ujian yang jika di jalani dengan berlapang dada mengharap ridho Allah semata, maka akan bernilai pahala dan balasan yang luar biasa berharga. Namun jika di jalani dengan sikap menggerutu dan menyalahkan Allah, karna menggapai bahwa amanah itu terlalu berat baginya, sehingga menggapai Allah berlaku tidak adil padanya. Lantas azab dan kesengsaraanlah yang akan dirasa.


Allah berfirman 

إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Q.S Al-Insyirah :7)


Ahad, 9 Agustus 2020

Mengapa takut bermimpi?

"Tak ada mimpi yang terlalu tinggi, tapi yang ada adalah usaha yang tidak maksimal"

Itulah kata yang terngiang-ngiang di pikiranku saat aku selesai menonton video pendek tentang motivasi. 

Mereka dengan mimpi-mimpinya yang ditulis di secarik kertas. Dan kertas itu penuh dengan coretan-coretan list impian yang ingin di capai. Lalu mereka tempel di dinding sudut kamar sebagai pengingat. Sering ditertawakan, bahkan dianggap lebay. Alhasil, merekapun mencoret list itu satu persatu karna mereka telah mewujudkan mimpi itu. 

Terdengar konyol, namun itulah kenyataannya. 

Dunia ini terlalu luas, untuk kita sempitkan pada mimpi-mimpi kecil. Dunia ini tidak punya batas untuk sevuah mimpi besar.

Tak ada yang tidak mungkin di dalam hidup ini, selam masih ada Do'a, usaha, ikhtiar, Insya Allah akan selalu ada jalan.

Maka beranilah bermimpi besar dan tulis impianmu di kertas lalu tempel ditempat yang kau akan sering melihatnya. Lalu buatlah target perencanaan untuk mewujudkannya.

مَنْ جَدَّ وَجَدَ

 barangsiapa yang bersungguh maka ia akan berhasil (mendapatkannya).


Antara Iman & Aman

Senin, 10 Agustus 2020


Dikala berjalan, terkadang ada saja penghalang dan rintangan untuk sampai ke tempat tujuan. Entah itu lupa bawa barang penting seperti dompet, macet di jalan, terhalang pohon tumbang di jalan, atau bahkan lupa nyetel alaram supaya bangun lebih awal, and finally akhirnya telat bangun dan buru-buru ketempat tujuan hingga lupa kalau hari ini hari minggu. heee😂


Antara rutinitas dan prioritas hampir tak dapat di bedakan lagi. Begitu juga dengan iman dan aman. Kadang kita merasa apa yang kita lakukan sudah sesuai aturan. Jenis kegiatan yang dilakukan juga sudah menjurus ke arah menyeru kepada kebaikan.


Namun, kita terlupa akan satu hal yang urgent banget dalam semua kegiatan yang kita lakukan. Apa itu?.. Niat.

Bisa dibilang bacground kegiatan yang di lakukan adalah dakwah. Konsep kegiatannya juga Islami, dan hampir bisa di katakan sempurna untuk sebutan kata 'dakwah'

Namun pernahkah Kita meng-check up ruhiyah kita?..

Apakah semua konsep dan perencanaan serta waktu yang terbuang  itu,, niat Lillahi Ta'ala karna Allah?..

Atau ada niat terselubung di dalam itu?..

Silakan tanyakan pada diri sendiri.


Antara iman dan aman.

 Iman seakan selalu tergadaikan oleh sebuah tawaran rasa aman. Siapa sih yang gak mau hidup anteng-anteng aja, gak ada masalah, gak di salahin, gak ribet mikirin ini dan itu, pokoknya hidup serasa air tenang, gak bergelombang dan gak keruh.

Nah, disinilah kadang iman tergadaikan dengan sebuah rasa aman. Berfikir akan ada orang yang bakal ngambil alih kerjaannya, gsedang dia santai-santai ngurus diri sendiri, lupa akan tanggung jawab dan amanah yang ia emban. Yang ada dalam pikirannya adalah masih ada orang lain. Begitu juga jika ada masalah, dalam pikirannya akan ada orang lain yang akan menyelesaikan masalahnya. Padahal ia masih sanggup menyelesaikan masalahnya sendiri. Dan Na'udzubillahimindzalik, jika masalahnya semangkin rumit, dia menghilang dan pergi mengundurkan diri. Menggadaikan keimanan untuk sebuah kenyamanan.

Semoga kita tidak termasuk orang seperti itu, Aamiin


 Sosok yang sering terlupakan

 Selasa, 11 Agustus 2020


Manusia bertubuh kekar, Memiliki amanah sebagai tulang punggung keluarga. Berkerja keras pergi pagi pulang malam hanya untuk melihat anak, istrinya bisa makan dan hidup berkecukupan.


Tubuhnya dulu kekar, mampu mengangkat beban lebih dari ukuran badannya. Hobinya berpetualang mencari penghidupan bahkan sampai ke negeri orang.

Langkahnya yang panjang akhirnya  menghentikannya pada sosok wanita. Hingga mengambil keputusan untuk menetap pada satu hati, dan lahirlah buah hati dari kisah cintanya.


Tak terhitung t'lah barapa banyak cucuran keringat yang keluar saat ia bekerja. Tak terhitung t'lah berapa kali ia merasa sakit pada punggungnya, tak terhitung berapa sering ia berjumpa dengan mentari yang siap 


Ala bisa karna biasa

Rabu, 12 Agustus 2020


Aku mah orangnya pendiam, gak mungkin bisa ngomong di depan banyak orang.

Aku mah, orangnya suka gemetaran kalau lagi ngobrol sama orang lain.

Aku mah, orangnya gak bisa cepat akrab sama orang lain.

Pokoknya Aku tuh gak bisa!.


Mindset kayak gini kalau dipelihara bakal jadi malapetaka buat diri sendiri.

Buat kita jadi orang yang tertutup dan menutup pada perkembangan diri.


Ibarat jatuh, ketimpa tangga pula. Udah lah gak punya skill, ditambah lagi gak mau bereksplorasi. Yaa, mau jadi apa anak muda kalau Mindsetnya selalu ngerasa gak mungkin dan gak mungkin jadi lebih baik.


Semua pasti bisa kok kita lakuin. Cuma kitanya butuh sedikit dorongan untuk lebih nonjolin actionnya kita. Gak ada di dunia ini yang gratisan, (kecuali pas ada sedekah makanan, apalagi kalau pas bulan puasa heee😂). Lanjut....


So, jangan mau jadi orang yang cuma punya peran penonton aja, sekali-kali jadi actor dong (Kalau lebih dari sekali juga gak apa kok hee).




Who Am I ?..

Rabu, 12 Agus 2020

Sebenarnya siapa sih aku?

Kenapa aku harus lahir di bumi?

Kenapa aku harus jadi manusia?

Why?...


Pertanyaan seperti ini sering aku pertanyaan. Siapa sih sebenarnya aku?, Pertanyaan dasar untuk mengungkapkan masalah krisis identitas. Krisis yang mana diri kita sendirilah yang mempersoalkan. Masalah yang timbul karna diri sendiri inilah yang kadang buat bingung nyari jawabannya. 'jawabannya ada pada diri kamu sendiri', okey ini pasti yang bakal terlintas di fikiran kamu kan?.. ya, aku juga demikian. 

So, permasalahan adalah aku ini siapa?...


Ya udah, lanjut aja bacanya hee👉


Siapa aku?..

Simpelnya adalah aku adalah manusia. Betul?..

Terus, aku ini adalah salah satu makhluk yang terlahir di dunia atas izin Sang Pencipta (Berarti kita punya zat yang punya kekuatan di atas segalanya dan tiada tandingannya. Sekalipun di sandingkan dengan orang kuat sejagat raya). Setuju?...


Yaa, kira2 dari dua penjelasan ini bisa di tarik kesimpulan bahwa menyikapi krisis identitas 'siapa aku', kita perlu close check asal muasal Pencipta manusia itu sendiri. Apakah hanya untuk memenuhi monumen bersejarah di bumi, atau cuma jadi kelinci percobaan, atau malah ada tugas dan amanah yang harus di penuhi.

Kamu bisa temukan jawabannya di snap berikut ini.. checkup


Tujuan kita hidup cukup 2 aja kok. Eitss kok simpel banget sih🤔. Lanjut aja bacanya hee😌

1. Mengilmu tentang Sang Pencipta

Allah Ta’ala berfirman,


اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الأرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الأمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا


“Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath Thalaq: 12).


2. Yakni untuk beribadah kepada Allah Semata.


وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ


“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56).


(Referensi : https://muslimah.or.id)


Nah, sekarang kita lanjut kepertanyaan 'kenapa aku harus lahir di bumi?' dan 'kenapa aku harus jadi manusia?'. Uww makin penasaran aja kan ya.. sabar, sabar.

Swip up


1. Kenapa aku lahir di bumi?

 Karna untuk menjadi Khalifah.

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S Al-Baqarah ayat 30).

2. Kenapa aku harus jadi manusia?

Karna tugasmu adalah berdakwah.

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung". (Q.S Ali ‘Imran Ayat 104).


Nah, sampai disini udah paham lah ya.

Semoga bermanfaat




Si Overthinker


Kaya belum tentu, mati pasti

Jum'at 14 Agustus 2020


Kita selalu mendambakan sebuah kehidupan, dimana terdapat rumah megah berdiri kokoh, deretan mobil mengitari sudut-sudut garasi, halaman rumah yang penuh dengan berbagai tanaman dan kolam renang serta ayunan, serta perhiasan yang meruntai di tangan dan leher.

 Kehidupan seperti ini selalu di dambakan semua orang. Kehidupan yang penuh dengan sorak-sorak kegelimpahan harta. Menjadi tawaran yang sangat mengiurkan.

 

Memiliki harta yang takkan habis Hingga tujuh turunan sekalipun, tahta dan menempati jabatan penting di sebuah perusahaan. Kehidupan penuh glamor kemewahan seakan membutakan kita akan hakikat hidup di dunia.


Kenikmatan yang mengiurkan berpasangan-pasang mata, seakan menjadi tujuan akhir kehidupan di dunia.

Lupa akan ada kehidupan setelah kematian. Kehidupan yang abadi nan kekal. Tak kan ada lagi perputaran kehidupan setelah hari itu. Ia adalah kematian.


Jika dunia adalah tempat berjuang memperoleh penghidupan, maka kehidupan setelah kematian adalah balasan atau imbalan.


Hidup kaya di dunia tak selalu menjamin kebahagian dan ketenangan di dalam jiwa. Sedang kematian adalah hal yang pasti dan akan terjadi walau kita bersembunyi di lubang terkecil didunia sekalipun. Ia akan menghampiri siapa saja dan di mana saja.


Untuk mu, yang selalu gagal

Sabtu, 15 Agustus 2020


Kau lihat, temanmu sedang berfoto ria sambil menggenggam mendali. Tepukan gemuruh kian terdengar hingga keseluruh penjuru. Sorakan kian menderum dari mulut sekumpulan orang. Sedang kau, menjadi pemandu sorak, sambil menghelus dada. 

Kau tak sendirian di posisi yang kalah. Apalah arti sebuah kemenangan, jika tak ada yang kalah. Apalah arti sebuah kekalahan, jika yang menang hanya lah hitungan angka satu, dua dan tiga.


Tenang saja, kau tak sendiri. Kau bersama orang hebat lainnya yang bernasib sama dengan mu. Tak perlu kau marah dan bersedih hati. Kegagalan hari ini, bukan apa-apa di banding kegagalan yang lainnya.

yang ke-1000! Bisa jadi, sekarang kita masih menggunakan lampu minyak yang tidak praktis dan cahayanya pun tidak seterang bola lampu seperti sekarang. Dan masih banyak lagi orang hebat yang terlahir karna faktor kegagalan. 

Maka, untuk apa bersedih dan berlama-lama dalam keterpurukan bayangan kegagalan, jika saat ini, kau masih punya kesempatan untuk menjadi pemenang.

Tak apa, jika usahamu hari ini hanya berbuah kegagalan. Tak perlu khawatir apalagi bersedih hati. Masih banyak peluang di luar sana, yang siap menanti aksi memukau dari diri mu. Semangat!


Baik, untuk siapa?

Minggu, 16 Agustus 2020

Terkadang kita ingin berbuat baik. Tapi, disamping itu juga tebersit niat ingin di puji orang lain agar merek tahu bahwa kita telah berbuat baik. 

Kadang juga ada rasa ingin jadi terkenal, banyak di kenal orang dengan catatan-catatan baik. Kalau kegiatan kebaikannya yang orang lain ingat dan sebut-sebut sih gak apa-apa, cuma ya kebanyakan dari kita pasti mau nama kita yang banyak di sebut-sebut, ya kan?..


Sebabnya yang jadi pertanyaan pentingnya adalah kita berbuat baik untuk siapa?..

Apakah untuk orang yang membutuhkan pertolongan. 

Apakah sebagai bentuk penghambaan kepada sang Khaliq.

Apakah agar kegiatan kebaikan yang kita  lakukan di ikuti oleh orang lain. 

Atau malah untuk nyari muka di hadapan orang lain?...


Tenang aja, atas dasar apa pun kita ngelakuin kebaikan, selama itu benar-benar kebaikan dan selagi penyalurannya ke arah yang benar. Niat apapun itu, selama kita juga tetap memperhatikan adab saat berbuat baik. Insyaallah berbuah kebaikan pula. Apalagi kalau niatnya emng dari awal udah benar-benar Lillahi Ta'ala, makin tambah mantep👍.


So, jangan pernah takut untuk berbuat baik. Kebaikan sekecil apapun, sangat berharga bagi orang lain😊. Semangts berbuat baik🤗

.


Kamu tak dianggap?

 Kamu merasa tidak di anggap oleh temanmu?. saat semua temanmu sedang asik bercengkram, Kau seakan tak di anggap ada, sedang kau bersama mereka. Yang lain berperan sedang kau tak diberi. 

Yaa begitulah nasib orang yang tidak di anggap. 


Sakit?, Pasti!.

Jika dengan sesama manusia saja sesakit itu rasanya tidak dianggap, apalagi dengan sang pencipta. 

Manusia seakan melupakan Penciptanya. Sibuk dengan urusan dunianya hingga lupa akan hubungannya dengan pencipta.

Melirik saja kadang enggan, apalagi untuk mematuhi perintah-Nya. 


Untukmu yang merasa kalah

 Kau lihat, temanmu sedang berfoto ria sambil menggenggam mendali. Tepukan gemuruh kian terdengar hingga keseluruh penjuru. Sorakan kian menderum dari mulut sekumpulan orang.

Sedang kau, menjadi pemandu sorak, sambil menghelus- helus dada. 

Tenang saja, Kau tak sendirian. Apalah arti sebuah kemenangan, jika tak ada yang kalah. Apalah arti sebuah kekalahan, jika yang menang hanya lah hitungan angka satu, dua dan tiga.


Tenang saja, kau tak sendiri. Kau sedang bersama orang hebat lainnya, yang bernasib sama dengan mu. Tak perlu kau marah dan bersedih hati. Kegagalan hari ini, bukanlah apa-apa. 


Kau hanya perlu berusaha dan selaraskan dengan Do'a-doa terbaikmu di hadapan sang pencipta. Kau adalah orang hebat.


Gagal, tak selalu berbuah kekecewaan. contohnya Thomas Alva Edison si penemu lampu pijar. sebelum ia berhasil menciptakan lampu, ia harus menahan kegagalan sebanyak lebih dari 999 kali percobaan. karna ia tak menyerah dan terus berusaha, akhirnya pada percobaan yang ke-1000-an, ia berhasil menciptakan bola lampu pijar. jika pada saat itu Thomas berhenti pada percobaan yang ke-1000! Bisa jadi, sekarang kita masih menggunakan lampu minyak yang tidak praktis dan cahayanya pun tidak seterang bola lampu seperti sekarang. Dan masih banyak lagi orang hebat yang terlahir karna faktor kegagalan. 

Maka, untuk apa bersedih dan berlama-lama dalam keterpurukan bayangan kegagalan, jika saat ini, kau masih punya kesempatan untuk menjadi pemenang.

Tak apa, jika usahamu hari ini hanya berbuah kegagalan. Tak perlu khawatir apalagi bersedih hati. Masih banyak peluang di luar sana, yang siap menanti aksi memukau dari diri mu. Semangat!

Sabar tanpa batas

 Untuk kesekian kalinya, bergelut dengan rasa sabar itu takkan ada habisnya. 

Ada yang bilang 'aku tuh udh terlalu sabar tau sama semua ini', ada juga yang bilang 'lama-lama kesabaran aku udh habis' atau ada yang bilang gini 'udah deh, aku udh gak lagi mampu buat sabar'.

Yaa bisa di bilang, banyak dari kita mungkin mengalami hal yang sama, berfikiran yang sama tentang sabar itu sendiri.

Tapi tahukah kamu, bahwa dalam Al-Qur'an udh nyinggung sabar itu sendiri loh..yuks simak

"Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar“. (Q.S An-Nahl Ayat 126).


Islam sangat menekankan tentang sebuah kesabaran kepada umatnya.


“Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian.” (QS. Ali Imran : 200)


Dalam ayat yang lainnya, Allah ﷻ juga berfirman :

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar : 10)


Melalui ayat-ayat tersebut kita bisa mengetahui, bahwa Allah telah memerintahkan kepada seluruh orang beriman untuk bersabar, karena Allah telah menyediakan balasan pahala yang tak terhingga bagi siapapun yang mampu untuk bersabar.


Nah, jika ada rasa-rasa was was nih sama kesabaran, Allah telah menjelaskan bahwa sungguh, jika seorang hamba membalas sesuatu yang buruk padanya dengan sikap sabar itu lebih baik baginya, serta ia juga mendapat tempat bersama-sama orang yang sabar, plus bonus pahala tanpa batas.

Bahagia itu sederhana

 Siapapun pastinya ingin bahagia, baik tua maupun muda. Namun beberapa di antara kita sangat sulit untuk mencapai kebahagiaan. Sulitnya merasakan kebahagiaan biasanya karna faktor mementingkan urusan duniawi, hingga lupa akan kehidupan setelah mati yaitu akhirat. Sehingga segala sesuatu yang di lakukan baik itu yang menyita waktu, tenana, hingga perasaan hanya untuk tujuan dunia. tenggelam dalam dunia hitam juga menjadi salah satu faktor kenapa sulit untuk bahagia. 


Padahal bahagia itu sebenarnya sederhana loh. Contohnya saat kita melihat ada orang tua yang mau nyebrang di jalan, dan kita ngerasa iba dan kita tolong orang tua itu untuk nyebrang. Setelah menolong orang lain, ada rasa yang tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. Rasa yang hanya orang tertentu yang dapat merasakan yaitu ketenangan dan rasa kebermanfaatan. Sehingga kebahagiaan pun akan terasa. Ada lagi yang lebih sederhana, yakni dengan menerbar senyum kepada semua orang, bertegur sapa dan menebarkan kebaikan. Insyaallah kiat-kiat meraih kebahagiaan akan dirasa. Begitu berharga kebahagiaan itu, sehingga wajar jika disandingkan dengan uang pun tak lebih berharga dari rasa bahagia. Bahagia itu sederhana

Status mahasiswa

 Rugi jika penyandang status Maha (tinggi) dari semua siswa ini hanya sebatas status. 

Rugi rasanya jika penyandang gelar "maha" dari seluruh siswa ini hanya belajar sekedar ngampus saja.


Rugi banget jika sekarang banyak mahasiswa hanya bergerak sebatas di dalam ruang kelas, tanpa mau dan berani bergerak pada realita di luar ruangan.


Sebenarnya tanpa harus menghafal rumus dan kosa kata ilmiah pun, apa yang kita pelajari di dalam dunia pendidikan di sekolah maupun di kampus, inti dari yang kita pelajari, dasar ilmunya itu ada di masyarakat. semua itu tentang persiapan bekal untuk terjun ke dunia masyarakat.


Nah, apakah cukup persiapan kita hanya sebatas duduk, diam dan mendengarkan saja?

Apakah cukup Persiapan kita hanya sebatas gelar lalu bekerja saja?


Jelas tentu tidak!. Maka rugilah mahasiswa yang hanya bergerak datang ke kampus dengan tujuan memenuhi absen dan ruang kelas saja. 


Status Mahasiswa itu sangat berpeluang untuk menjadi Agen of Change. Ya, kaum perubahan. Bagaimana dengan kehadirannya bisa menciptakan perubahan dan karya-karya yang mengagumkan. 


Di saat porak poranda adu domba, pertikaian, kesengsaraan serta kebodohan meraja Lela, ia hadir sebagai solusi dari segala permasalahan. 

Maka sangat rugi  jika mahasiswa hanya sebatas kaum terdidik, tanpa berani menjadi pelopor kaum perubahan.


Dimana lagi kita bisa bereksplorasi jika bukan di organisasi. Organisasi bukan hanya sebagai wadah berekspresi sesuai bakat kita masing-masing, melainkan tempat mencetak generasi-generasi yang berintelektual sekaligus sarana belajar segala hal yang tidak kita dapatkan di dalam kelas yakni tentang tanggungjawab.


Menjadi aktivis adalah pilihan. Ketika ia menjadi pilihan, maka hanya orang tertentu saja yang akan mengisi posisi-posisi penting dalam kepengurusan organisasi itu. Menjadi Aktivis bukan hanya sekedar sibuk buat program saja. namun dengan segala program yang di susun sedemikian rupa itulah yang nanti menjadi projek-projek yang akan di realisasikan. Apalagi jika projek-projek itu adalah agenda kebaikan, tentu jelas akan menjadi kesibukan yang akan mengesankan baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Semua gara-gara uang

 Setiap orang dituntut untuk bisa menghasilkan uang. Kenapa? Karna adanya keperluan yang harus di penuhi. Dengan cara apa memenuhinya? Dengan cara bekerja sehingga menghasilkan uang. 


setelah manusia sudah mengenal fungsi alat pembayaran berupa uang walau sebelumnya bermula dari tukar barang dengan barang atau kita kenal dengan barter. Ketika sudah mengenal uang, manusia seakan rakus dan beringas  uang. 


Perkara mencari uang memang tak selalu mulus. Ada saja halangan dan hambatan. Salah satunya mencari pekerjaan. dunia yang sudah berbaur dengan teknologi, semangkin mempermudahkan setiap kegiatan dengan alat berupa mesin. Hampir semua kegiatan yang harusnya menggunakan tenaga manusia, kini beralih ke tenaga robot.


Semangkin berkerut dahi-dahi para sarjana. Pendidikan mereka tak lagi jadi nilai jual untuk menempati posisi pekerja di sebuah lini profesi.


Sehingga sekarang gelar tak jadi nilai mutlak akan suatu pekerjaan. Walaupun tak semua gelar tidak ternilai di semua lini profesi.


Bekal akan kemampuan dan skill amat menjadi perpaduan yang dicari. Selain menyandang gelar sarjana, seseorang juga dituntut untuk punya skill di bidang tertentu. Tujuannya untuk apa? Yang pasti untuk membedakannya dengan berjuta sarjana lainnya. 


Satu diantara yang paling banyak di cari para pimpinan yakni kemampuan dan sikap jujur serta profesional. Sehingga tak heran jika yang pertama kali akan di tanya "kemampuan apa yang kamu miliki?".

Berperan atau baperan?

 Menyoal tentang peran, kita tak hanya berbicara tentang "posisi" tapi juga "action". Berperan tidak hanya sebatas posisi apa yang sedang kita lakoni dalam dakwah. Namun seberapa peran kita berpengaruh dalam menebarkan kebaikan-kebaikan, sehingga peran terimplementasi sesuai apa yang di harapkan.


Dalam perjalanan mengoptimalkan peran, terkadang sulit dalam diri membendung rasa baper. Baper karna peran kita mendapat sorak tepuk tangan. Baper karna dirasa sudah menjalankan peran sebagaimana mestinya. Baper akan gemilang sorot lampu karna posisi yang di duduki adalah posisi penting dalam sebuah organisasi.


Maka dirasa bukan lagi tabu, jika ada peran, maka ada pula rasa baper.

Maka pilihlah, mengoptimalkan berperan atau baperan?

Tak terlihat

 Semangkin tinggi mendaki, maka terlihat semangkin kecil ukuran manusia. Maka tak heran, kenapa Allah tak memandang rupa. Toh, dari atas langit saja manusia hampir tak terlihat. 


Bagaimana Allah memandang standard rupa menjadi kemuliaan, jika manusia saja, hampir tak terlihat dari atas sana.


Bagaimana Allah menilai harta sebagai standard kebahagiaan, jika dengan harta malah membuat manusia bergelut hingga menghalalkan segala cara untuk memperkaya dirinya.


Oleh karnanya, Manusia tak dianggap mulia karna parasnya, tak pula selalu bahagia dengan hartanya. Namun mulia dan bahagia dengan segala perbaikan dalam dirinya.

Ibarat hujan begitupun manusia

 Ada yang kini menghabiskan masa muda dengan bersenang-senang, menganggap "toh hidup hanya sekali, maka hiduplah dengan kesenangan yang kita suka".


 hujan tau bahwa jatuh amat menyakitkan. Akan ada sumpah serapah yang mengatas namakannya karna kehadirannya dirasa menjadi penghambat.


Namun di lain kondisi, ada sekumpulan manusia yang menunggu hadirnya, bahkan sampai sujud syukur. 


Manusia menerima atau tidak pun, hujan akan turun dimana ia diperintahkan. Toh, biar bagaima pun ia adalah sumber kehidupan manusia. Diterima atau tidak, manusia akan tetap menengadah meraut pundi-pundi berkah atas hadirnya.


Maka ibarat hujan, begitupun manusia. Diterima atau tidak kehadirannya, ia akan tetap berguna selagi ia berusaha mengoptimalkan perannya.

Karna Allah memilih kita

 Kenapa kita memilih berada dalam lingkungan dakwah, menyeru kepada kebaikan. Ketimbang berada di lingkungan yang menawarkan hiruk pikuk nikmat kepuasan?


Kenapa kita tetap memegang teguh agama Islam, ketimbang memilih hidup dengan segala hal yang kita suka?


Kenapa kita sampai saat ini masih  berjuang memegang teguh ajaran agama Allah, ketimbang memilih hidup dengan apa yang kita suka?


Kanapa, sekarang kita rela berkorban waktu, tenaga, fikiran, bahkan harta hanya untuk mengajak orang berada dalam kebaikan. Padahal belum tentu orang tersebut mau?


Hanya satu jawabannya, "karna Allah memilih kita"


Ya, Allah telah memilih kita. Dari banyaknya manusia di muka bumi ini. Allah lebih memilih kita. Allah berikan kelapangan untuk bergerak mengajak kepada kebaikan, walaupun kita sendiri tau bahwa mengajak orang berbuat baik amatlah sulit, apalagi orang itu adalah keluarga kita. Tapi Allah beri kita kelapangan untuk bergerak di jalan dakwah, melalui perantara manusia pilihan Allah. Karna Allah tau bahwa kitalah orang yang tepat memikul amanah ini. Allah tau kita sanggup memukulnya, walau jalan kita tak setegap dulu. 

Bukankah ketika Allah berikan suatu amanah, tidak lain bahwa Allah yakin kita mampu mengemban nya. Allah memberikan suatu amanah kepada kita, tidak lain karna kita mampu mengemban nya. Allah takkan membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Maka berbahagialah, jika saat ini kita sibuk dengan agenda-agenda kebaikan. Berbahagialah karna saat ini kita di kelilingi orang-orang yang bergerak pada ranah kebaikan. Karna bisa jadi, banyak orang yang ingin sepertimu, namun hidayah belum kunjung datang kepada mereka. sehingga mereka lebih banyak disibukkan dengan hal-hal duniawi ketimbang akhirat.


Jangan sedih, sesungguhnya Allah selalu bersama kita. Karan Allah memilih kita.

Berdakwah tapi merasa tidak tenang

 Berdakwah tapi merasa tidak tenang. Berdakwah, bergerak dalam lingkungan yang mengajak sekaligus memaksa menampilkan potret-potret kebaikan tapi diri sendiri tidak jua merasa kebaikan itu menjadikan diri menjadi lebih giat berusaha memperbaiki diri. Malah hanya membuat diri ini memaksa tampil baik tapi masih saja terpaut dengan dosa. Setiap mengajak kepada kebaikan, seolah diri berkata "aku aja gak bisa ngelakuin itu, emang ada yang mau ikut?."


Sama-sama memperbaiki diri itu hal biasa yang ku ucapkan, tapi lain pa saat itu sudah terlafazkan. Diri merasa sudah merasa paling benar. Sedang kenyataan diri sendiri pun sedang susah2nya memaksa diri untuk lebih baik.


Lelah, waktu tiudr berkurang, belum lagi tugas kuliah, belum lagi beres2 rumah, belum lagi Omelan orang tua yang selalu menuntut sempurna, semua Harus terlihat sempurna. Sedang diri ini merasa tak mampu mencapai kesempurnaan itu.


Semua hal harus terlihat cepat di kuasai, sedang kemampuan diri tak seberapa untuk mencapai tahap itu. Melihat orang yang bisa melakukannya ,maunya sih bisa juga ngelakuin itu. Lagi2 ada saja alasan-alasan yang membuat diri harus lama berfikir dan menghembuskan nafas pasrah. "Ya, diakan udh ahli, gak perlu di ragukan lagi kalau dia bisa. Sedang aku, ngelakuin hal sederhana aja masih remedi, sering salah terus. Kalau pun udh memaksimalkan hal yang sama, tetap aja ada godaan yang mengebuat aku tergoda untuk nunda dan nunda. Ujung-ujungnya ya seperti yang terpikirkan, aku tetap aja stagnan di posisi ku yang selalu aja mentok di bawah standar rata2. Gak berubah-ubah pergerakannya, tapi terus aja merosot kebawah. 


Susahnya jadi manusia di bawah rata-rata. Selalu di hantui dengan kata tidak bisa. Maunya terlihat sama dengan orang diatas rata-rata dengan cara  instan, tapi kualitasnya menyami mereka yang berusaha banting tulang hingga mereka bisa. Mimpi yaw!


Jangan jadikan keterbatasan menjadi alasan

 Manusia takkan pernah sampai pada level sempurna. Setiap yang berlebih pastinya tak luput dari kekurangan.


Kita sering membayangkan, apa yang kita lihat saat ini adalah hasil dari ketersedian fasilitas yang bisa di bilang sepadan dengan hasil yang kita lihat.


Nyatanya, tidak!

Siapa sangka, seorang penulis buku yang karya kita Kagumi, ternyata hasil tulisannya hanya mengandalkan peralatan yang seadanya. Bahkan bisa dibilang sangat apa adanya.


Tapi kenapa, kita yang punya fasilitas memumpuni, malah jauh tertinggal dari mereka yang berketerbatasan


Hal ini membuktikan, bahwa bukan bersoal fasilitas apa yang kita dapatkan. Namun ini adalah soal seberapa kita mau berusaha memanfaatkan fasilitas apa yang kita punya.


Tak seringan kapas

 Kalau lah dosa itu bisa terlihat, tak mungkin ada dari kita yang berani menampakkan dosa.


Kalau lah kita tahu kapan malaikat Izrail mencabut nyawa, tak mungkin ada di antara kita yang menghabiskan waktu dengan sia-sia.


Ya, kalau lah kita tau dimana letak rezeki kita, tak mungkin kita mau bersusah payah bekerja. Toh kan sudah tau jatah rezekinya dimana.


Kalaulah kita tau, maka mengapa Allah buat manusia beserta dunia sedemikian rupa?


Pastinya ada maksud yang tersemat dari alur penciptaannya. Allah ingin manusia lebih berusaha dan belajar dari apa yang Ia ciptakan. 


Allah ingin kita merasa saling membutuhkan agar kita tau rasanya bersaudara itu seperti apa. 


Allah ingin memperlihatkan, bahwa apa yang tiada di mata manusia, amat sangat mudah ada bila Allah kata "Kun" jadilah, maka "Fayakun" Maka terjadilah.

Bukan karna kita tidak bisa

 Bukan karna kita tidak bisa, tapi karna kita tidak berusaha sebelum mencoba.


Pepatah mengatakan "Siapa yang menanam maka ia yang akan memetik hasilnya".


Siapa sangka, ternyata kisah sabar setiap hamba itu banyak ragamnya. Ada yang kesabarannya Karna harus menanggung beban hidup seorang diri, sedang beban tanggungan keluarga tertumpu pula padanya. 


Ada yang kesabarannya di uji saat jauh dari orang tua dengan berbekal uang seadanya. Jika tak cukup, terpaksa harus belajar sambil bekerja. 


Ada yang diuji keikhlasannya saat harus ditinggal oleh orang tercinta untuk selamatnya.


Ada yang di uji sabar dan ikhlas nya ketika ditinggal nikah oleh calon suami. Walau proses lamarannya berjalan dengan cara  ta'aruf.


Dan masih banyak lagi deretan kisah menabung sabar dan ikhlas yang nyata adanya.


Semuanya berhasil melalui semua rintangan dan ujian yang tak sedikit menguras rasa sabar dan ikhlas untuk merelakan apa yang terjadi dan mengubah sedih menjadi bahagia.


Tangis yang dulu berasa empedu, kini bergulir jadi tangis bahagia.


Luka yang dulu di rasa teriris pedih, kini berganti menjadi rasa haru karna hikmah yang dirasa setelahnya.


Doa yang tergamit beriring sejalan dengan harap yang melangit di atas sajadah, kini menjadi untaian cerita bertabur hikmah karna keEsaan-Nya


 bersoal siapa yang paling sengsara, dirasa bukan lagi jadi tanya, tapi malah jadi penguat jiwa untuk terus belajar dari tanya "siapa" menjadi "apa hikmah yang dapat ku petik setelahnya?".

Lelah

 Semua orang pasti pernah lelah.

Setiap hari kita dihadapkan pada aktivitas yang tidak sedikit menguras tenaga sehingga membuat kita lelah setelah beraktivitas.


Ada orang lelah setelah bekerja seharian di depan layar laptopnya untuk menyelesaikan administrasi perusahaan.

Petani lelah setelah bekerja di sawah membajak tanah hingga menanam.

Sopir lelah setelah seharian penuh mengantar penumpang ketempat tujuan.

Seorang mahasiswa/ siswa lelah setelah seharian duduk dan berdiskusi bergulat dengan teori.


Kita pasti lelah.

Lantas, wajar jika memperbaiki diri juga lelah. Karna memperbaiki diri pasti menguras waktu, tenaga dan pikiran.


Tanda tanya tak hengkang dari kepala. Sederet buku tips memperbaiki diri pun tak luput jadi senjata mencari jawabannya. Atau bertemu seorang yang di percaya bisa menjawabnya. 


Berdiskusi jadi cara yang paling ampuh untuk bertukar pikiran dan menuangkan kegelisahan yang larut dalam keinginan untuk berusaha memperbaiki diri.


Kita semuanya pasti ingin di kenang jadi orang baik. Ingin di kenang sebagai orang yang penyayang. Di kenang sebagai orang yang bisa di percaya ucapannya. Kita pasti ingin dikenang jadi orang baik, bukan?


Namun semua manusia  tak pernah luput dari dosa. Ketika kita berada dalam tahap pertumbuhan, dari bayi hingga dewasa, mestinya ada salah dan khilaf yang kita lakukan. Entah itu khilaf yang di sengaja atau tidak disengaja. 


Khilaf yang tidak di sengaja, contoh nya ketika kita tak sadar bahwa ucapan, nada bicara kita ternyata penyakit hati orang tua. Kita sering menolak jika di minta tolong oleh orang tua. Kekhilafan itu sering tak kita sadari dan menganggapnya adalah suatu kewajaran. 


Maka cobalah buka mata dan hari kita, bahwa orang yang pertama melihat kita di dunia adalah orang tua. Orang yang melahirkan kita di dunia adalah orang tua kita terutama ibu kita. Orang yang mencukupi biaya hidup kita adalah orang tua. Orang yang rela kelaparan demi agar kita bisa makan adalah orang tua kita. Maka wajar jika derajat orang tua kita di samakan dengan surga. Terutama ibu. 


Sedangkan khilaf yang di sengaja seperti saat kita tau bahwa berbohong itu adalah suatu perbuatan yang di larang oleh agama dan pasti merugikan orang lain, tapi kita tetap saja melakukannnya. Kenapa? Karna kita merasa jika kebenaran di sampaikan maka kita akan berada dalam masalah. Namun mengatasnamakan agar tidak terkena masalah dengan berbohong malah menjadikan diri kita di hantui oleh rasa takut yang datang terus menerus selama kebenaran itu belum tersampaikan.


Kita yang inginnya hidup tenang pun jadi selalu bergelut dengan ketakutan-ketakutan jika kebenaran itu terkuak di hadapan banyak orang. Lagi-lagi menyembunyikan kebenaran dengan dalih untuk menyelamatkan diri sendiri tidaklah di benarkan. Maka mulailah belajar jujur sedini mungkin. Jika hari ini kita belum bisa jujur dengan diri sendiri. Mak mulailah jujur pada diri sendiri. Jika saat ini kita belum bisa jujur dengan orang tua kita. Maka belajarlah untuk tidak menyimpan rahasia yang dapat merugikan diri kita nantinya. Jika kita saat ini tidak bisa jujur pada masyarakat, teman kita. Maka cobalah untuk tidak menebarkan berita atau beropini yang dapat menyebarkan kebencian.


Sekecil apapun masalah, jangan pernah berbohong. Jangan jadikan dalih 'demi kebaikan' menjadi alasan. Karna tak ada kebaikan dari suatu perbuatan menyembunyikan kebenaran. Sekalipun itu untuk kepentingan segolongan atau bahkan individu.

Selalu tak pernah puas

 Setiap taraf kepuasan seseorang itu berbeda-beda, tergantung bagaimana ia bisa merasakan kepuasan saat melakukannya.


Ada pertanyaan, Kenapa manusia tak pernah puas ? kapan batas kepuasan manusia berakhir?

Karna rasa puas itu hanya dapat di rasakan oleh diri sendiri, kita tidak dapat menklime bahwa kepuasan seseorang terletak pada keinginan yang telah terwujud. Nyatanya tidak juga. Malah ada yang telah merasa nikmat, tapi terus mencari kenikmatan yang lain. Selalu saja tidak pernah puas, ketika apa yang ia inginkan sudah ada di depan mata, ada saja keinginan lain yang  ingin dicapai agar diri menjadi sangat puas. entah itu hanya sekedar pengen punya followers banyak, pengen punya hp Apple, pengen punya barang brandad, pengen foto di tempat yang ekstetik. intinya pengen branded diri biar orang lain tau "ini loh aku!".


Nafsu duniawi memang mengelabuhi. membuat mata tak henti menatap yang belum pasti. seakan itu yang di ingini. kepuasan diri seperti dulunya yang tak punya motor, lalu sekarang sudah punya. Lalu melihat orang berkendara dengan mobil tidak kepanasan, tidak kehujanan, lalu berhajat lagi ingin punya mobil biar tidak kepanasan apalagi kehujanan.


Sejatinya puas itu tak ada batas. Kalaupun kita berasumsi bahwa kepuasan itu akan berakhir ketika kita tidak lagi punya keinginan, rasa-rasanya agak jarang ada yang seperti itu, kecuali jika memang semua kebutuhan telah terpenuhi dan tak ada lagi yang perlu diperjuangkan. Atau bahkan karna kita telah menghadap Ilahi.


Selama hidup, aku mengenal bahwa aku akan puas ketika aku yang tadinya berjuang mendapatkan kepuasan itu memperoleh hasil yang aku inginkan, aku akan sangat senang, dan bahagia krna apa yang kulakukan tak jadi sesuatu yang sia-sia. Lebih lebih ketika perjuanganku tak seberapa dibanding mereka yang berjuang setengah mati untuk mendapatkannya. 


Yaa itulah manusia, kita yang berlakon bak dalam seni peran. Akan selalu ada kejutan dalam diri jika kita berusaha memperjuangkan keinginan kita. Sekalipun tidak masuk akal keinginan itu akan terwujud, jika untuk mendapatkan dipenuhi dengan rintangan, kesendirian, kegelisahan, kecemburuan, yakinlah bahwa sebenarnya jalanmu memang lebih berat dari manusia standar rata-rata yang kau lihat, karna dengan masalah yang lebih berat itu akan membuat kita belajar menyelesaikan masalah dengan kemampuan yang lebih besar pula. Jika dibanding mereka yang punya masalah tak seberapa dan kemampuan menyelesaikannya pun sekedar masalah itu saja.

Cara Allah mengabulkan hajat hambanya

 Pernah dengar dengar kalimat "Allah akan berikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan". Kalau pernah, ataupun baru sekarang mendengar kalimat itu, mari kita lihat cara seperti apa yang Allah gunakan untuk mengabulkan hajat hambanya.


Ketika SMP, aku pengen banget punya motor semerek metik Seoul, aku yang dulunya cuma punya motor Jupiter, hanya bisa bersholawat sambil mengelus-elus body motor milik teman yang menumpangiku pergi ke sekolah. Alhamdulillah Allah kabulkan melalui perantara ayah yang kala itu sedang ingin membeli motor untuk keperluan kerja. Ayah tipekal orang yang kalau beli motor pasti motor gigi yang semerek Jupiter dll. tapi kalau itu, entah apa ayah memilih membeli motor metik. Motor itupun aku gunakan untuk perkembangan ke sekolah dari SMA hingga kuliah.

Tidak hanya itu, ketika aku masuk SMA aku punya keinginan untuk punya leptop. Setiap kali ada tugas kelompok, aku selalu berdoa sambil bersholawat agar suatu saat aku punya leptop sendiri untuk bisa mengerjakan tugas. Kala itu, aku sedsng sibuk dengan organisasi yang menuntut ku agar tidak melek teknologi. Aku di amanahkan menjadi bendahara dan aku sangat butuh leptop untuk penunjang pendataan keuangan. Alhamdulillah, aku kabulkan doaku, lewat perantara teman yang kala itu aku pinjam laptopnya dana ternyata dia kerumah ku saat ayah ada di rumah. Ayah yang melihat aku meminjam leptop temanku tiba2 bertanya mereka leptop dan pergi kepasar. Ketika pulang dari pasar. Ayah membawa sebuah leptop kerumah. Sungguh Allah maha baik.


Ada juga keinginanku yg ku tulis di kertas yang ku tempel di dinding kamar yang bertuliskan "masuk kuliah jalur prestasi". aku pikir itu hanya tulisan biasa yang ku tulis untuk pengingatku ketika aku mulai jenuh dgn belajar. Namun sungguh kuasa Allah, Allah kabulkan doa ku dengan cara yang tak aku sangka-sangka. Kala itu ada pembukaan masuk kuliah jalur SNMPTN. Namuku terdaftar dalam kriteria seleksi nilai rapot. Alhamdulillah sejak aku Duduk di bangku SMA dari semester 1 hingga semester 5 aku menempati peringkat 1, sesekali juga peringkat 2 bahkan pernah juara umum program IPS yang kala itu berjumlah 4 kelas. Sejak pengumuman lulus syarat nilai rapot aku sangat senang sekaligus sangat bahagia, keinginan ku untuk melanjutkan pendidikan dengan jalur prestasi ada di depan mata. Setiap hari menjalani tahap seleksi berkas  dan memilih fakultas yang akan aku geluti aku lalui dengan banyak pertimbangan dan mengharap Ridho-Nya. Alhamdulillah Allah sungguh maha baik. Sekali lagi Allah kabulkan hajatku untuk melanjutkan kuliah pada jalur prestasi melalui jalur SNMPTN. Ketika di nyatakan lulus dan diterima di fakultas hukum Universitas Tanjungpura, maha besar Allah, aku juga di terima di IAIN Pontianak, fakultas psikologi Islam. Lagi-lagi ini soal pilihan. Dengan pertimbangan bersama orang tua, aku pun memilih melanjutkan ke fakultas hukum universitas Tanjungpura.


Masya Allah, ketika kita letakkan semua pengharapan kepada Allah, Allah akan berikan yang jauh lebih baik. Allah akan memberikan apa yang  kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Karna sejatinya apa yang kita inginkan belum tentu baik untuk kita, dan apa yang tidak kita inginkan bisa jadi itu yang terbaik untuk kita. Allah lebih mengetahui sedangkan kita tidak.


Karna aku yakin bahwa doa terbaik akan terkabul dengan cara yang terbaik. Bersabar itu kuncinya. Ketika kita mampu untuk menghadikan sang pemilik hati dalam Do'a doa yang kian terusik di sanubari, maka yakinlah Allah akan kabukkn dengan cara terbaik. Bersabarlah ketika doa yg kau gantikan belum jua terwujudkan. Karna bisa jadi Allah sedang mempersiapkan hadiah terbaik. Ada tiga cara Allah mengabulkan doa seorang hamba. Yang pertama, ketika kita berdoa, Allah langsung kasih. Kedua, Allah tunda untuk waktu yang ditentukan. Dan yabg ketiga, Allah tak berikan di dunia, tapi Allah berikan di akhirat. 


Cara apapun yang Allah sematkan pada dirimu, jangan pernah kau putus asa menerima apa yang berlaku pada dirimu. Allah itu maha baik, maka tahulah Iya agar Allah siapkan hadiah terbaik untukmu.

Tak semu beruntung

 Seorang anak yang punya kemampuan menguasai materi lebih cepat dari temannya, tapi jika di tanya mau melanjutkan di mana ia tak mampu menjawab karna untuk makan saja rasanya sudah cukup. Akhirnya pendidikannya hanya berakhir di bangku SMA, atau SMP, bahkan syukur-syukur sudah bisa mengeyam bangku Sekolah dasar.


Di lain kondisi. Ada seorang anak yang penuh dengan kegelimpahan harta, rumah mewah bak hotel berbintang lima, semua keinginannya terpenuhi tanpa harus meminta-minta. Namun dengan segala ketersediaan menjadikannya manja hingga menganggap dirinya akan selalu mendapat Semuanya.


Harga dirimu tidak ditentukan berdasarkan penerimaan seseorang.

Kita pasti diuji

 Permasalahan yang silih berganti, membuat raga mulai lelah dan sering menggerutu dengan keadaan.


Masalah kian hari kian kompleks. Tak tau jawaban apa yang Tuhan titip di balik ini semua.


Kita terlalu mudah terbawa emosi saat masalah kita tak kunjung dititik solusi.


Menyalahkan Tuhan menjadi senjata diri menyatakan masalah ini bukan kehendak ku yang ingin di uji.


Ujian setiap manusia berbeda-beda.

Ada yang Allah uji dengan kelapangan rezeki dan ada yang kekurangan, ada pula yang Allah uji dengan jabatan dan kegelimpangan harta, ada yang Allah uji dengan paras rupawan dan tampang rata-rata. Ada yang Allah uji dengan keluarga dan ketenangan diri.


Kita semua akan di uji. 

Menyikapi ujian ini, Allah berfirman

"Allah tidak membebani seseorang kecuali menurut kesanggupannya.." (Q.S Al -Baqarah ayat 286). 

Ujian itu satu paket dengan solusinya. Sebagaimana firman Allah Surat Al Baqarah ayat 45, "Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu.."

Merasa tak di hargai?

  Yang namanya manusia, siapapun ia, akan tetap bisa mengecewakan kita. Sayang setinggi apapun dia terhadap kita, dia akan tetap mampu buat kita kecewa.


Oleh karena itu, jangan pernah letakkan pengharapan yang sangat tinggi pada manusia. 


Karna Manusia tak ada yang sempurna. Pasti akan ada salah dan khilaf yang di lakukan.


Terkadang kita terlalu mudah mengulurkan tangan kepada manusia, sedang kepada Allah, hanya jika butuh saja baru menengadah. itulah sebab kita jadi orang yang mudah kecewa. 


Karna itulah, jaga dulu hati ini untuk Allah. Mustahil orang yang senantiasa menjaga hatinya untuk Allah, dia akan mudah kecewa. Karna apabila ia di sakiti oleh manusia, dia masih punya Allah sebagai tempat mencurahkan segala masalahnya.


La Tahzan, Innallaha Ma’ana, Janganlah bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.

Membentuk habits

 Ada satu pertanyaan yang selalu menarik untuk dibahas bagi siapapun yang peduli pada proses pengembangan diri;


"Mengapa satu orang bisa menguasai satu keahlian tertentu, sementara yg lain tidak?". 


Bagi sebagian besar manusia, keahlian adalah perkara bakat. 


Bagi sebagian yang lain, keahlian adalah masalah pelatihan dan pengulangan.

Bagaimana bila pekerjaan yang sulit ternyata bisa di otomatisasi?. Bagaimana bila mendakwahkan Islam, beribadah kepada Allah, dan melakukan semua kebaikan juga ternyata bisa otomatis?. Tentunya akan lebih mudah, bukan.


Dalam membentuk sebuah habits, perlu kita ingat dan pahami, bahwa bukan Karna kita tidak bisa merubah habits buruk ke pada habist yang lebih baik, namun kitalah yang selalu menolak untuk merubahnya. 


Kita selalu punya banyak alasan untuk menunda, ketimbang kita berusaha untuk memulai dan melakukannya. Habist tidak terbentuk sendiri, namun dari kitalah habits itu terbentuk. 


Sebagaimana firman Allah dalam Qur'an Surah Ar-Ra'd ayat 11  ".. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka merubah keadaan diri mereka sendiri.."

Peran

 


“Bergerak Karena Fungsi, Bukan Karena Posisi”


Ada sosok yang dengan bangganya menampilkan diri di depan massa, sedang perannya tak seberapa. Ada pula sosok yang tak pernah terpandang mata, namun mampu memberi kontribusi lebih hingga memukau berpasang-pasang mata. 


Tidak selamanya menyampaikan kebaikan itu harus diketahui semua orang, dan menyampaikan kebaikan itu tidak harus berada pada posisi tertentu,  namun hal ini merupakan fungsi diri kita untuk ikut ambil bagian dalam menyampaikan kebaikan. Yuk untuk teman-teman semua jadikan hal ini sebagai motivasi untuk terus menyampaikan kebaikan kepada siapapun. 


“Kalian adalah sebaik-baik umat yang dimunculkan untuk manusia. Kalian mengajak kepada kebaikan dan melarang dari yang mungkar, serta kalian beriman kepada Allah.” (Q.S. Ali ‘Imran 3:110)


Tak selamanya jadi orang yang selalu

 Kemampuan manusia hanya sebatas kesanggupannya. Tak lebih baik dan tak pula kurang. Masalah-masalah yang ada di dunia ini, sangat banyak. Sangking banyaknya, satu orang saja bisa menghadapi masalah lebih dari 5. 

Jika dihitung-hitung lima di kali jumlah manusia, hitungan yang tidak terbatas.


Masalah itu tak berwujud dan tersembunyi. Seseorang akan tahu bahwa temannya mengalami masalah jika temannya menceritakan masalahnya. Jika tidak, bagaimana mungkin orang lain akan tau jika dia sedang ada masalah. 


Masalah datang silir berganti tanpa henti selama manusia masih ada di muka bumi. Masalah itu bukan hanya di nilai sebagai beban, namun sebagai pelecut diri agar lebih bijak menyikapi hidup ini.


Masalah yang sering kita anggap sebagai beban, datang dari diri kita sendiri. Kita menjadikan hal yang tidak menyenangkan itu sebagai beban. Memberatkan diri dengan hal-hal yang sebenarnya kecil menjadi semangkin berbelit-belit.


Beban hidup satu orang dengan yang lainnya itu berbeda-beda. Semangkin sulit dan rumit masalah itu mencapai titik solusi, maka akan semangkin besar porsi penyelesaian masalahnya. Sehingga tingkat pencapaian solusinya juga besar. solusi itu akan lebih menggungguli orang yang lebih sedikit punya masalah dan cara menyelesaikan masalahnya  hanya sebatas masalah itu saja.


Semangkin rumit dan pelik masalah kita, maka akan semangkin membuat kita lebih banyak belajar untuk menjadi dewasa. Menjadikan diri kita paham bahwa masalah itu bukan alasan untuk terus-menerus berpangku tangan, tapi malah menjadi pemicu semngats untuk lebih mandiri dan percaya akan kemampuan diri sendiri. 


Dengan masalah-masalah inilah kita jauh lebih dewasa dan bijak dalam bertindak. Dengan begitu, kita akan lebih banyak mengenal hal-hal yang sebelumnya tidak kita ketahui. Sehingga menjadikan kita mendapat pengalaman baru dan kita juga akan tau cara penyelesaiannya

Berhenti menipu diri

 Diri memang tidak bisa menuntut banyak untuk bisa mendapatkan haknya.

Sebagai mahluk ciptaan Tuhan, tak elok kiranya jika menipu diri sendiri. Yang ku maksud dengan menipu diri disini yakni teruntuk kamu yang saat ini sedang gundah, kamu yang sedang punya masalah, kamu yang sibuk hingga lupa bahwa tubuhmu juga perlu istirahat. Tulisan ini khusus untukmu. 


Kenapa kau terbilang menipu diri?

Coba kau rehatkan sejenak tubuhmu. Duduk, berbaring atau  bersandar, posisikan dirimu di posisi yang nyaman. Posisi yang kau benar-benar rasa nyaman melepas lelah.

Bagaimana rasanya?

Sudahkan lebih baik dari sebelumnya?


Jadi, tubuh kita juga perlu perhatian. Kita boleh bereksplorasi dengan dunia luar, tapi tubuh kita juga punya hak untuk istirahat sejenak, beranjak dari pekerjaan yang entah sampai kapan akan punya jeda.


Allah, selalu ada bersama kita. Allah mengingatkan kita di kala sehat, "Tubuhmu kau isi dengan makanan halal atau haram?", lalu "Di kala sedang beraktivitas apakah ada lafaz "bismillah" ketika memulainya? "


Saat tubuh kita sakit, kita akan sadar bahwa kita sering Lalai menjaga nikmat yang Allah titip berupa sehat. Saat bagian tubuhmu tak lengkap karna kecerobohan mu, lalu baru kau sadar bahwa ketika tubuhmu lengkap kau tak gunakan untuk hal yang semestinya.


Manusia hakikatnya akan sadar nikmat, jika telah kehilangan. Manusia akan ingat masa kelapangan setelah datang kesempitan. Apakah kita akan terus menerus jadi kaum yang lupa?

Menertawakan luka

 Untuk kesekian kalinya kata itu lagi-lagi ku dengar. "Gagal"

Berulang kuberusaha berbaik sangka bahwa akan ada saatnya aku tak kecewa karna kegagalan. Rasanya sakit, dada seakan tertusuk duri. Pokoknya sakit banget. 


Niat hati ingin teriak sekeras-kerasnya.

Ingin meluahkan rasa sakit agar lega setelahnya. Tapi itu tak mempan. Malah hanya meninggalkan bekas rasa malu.


Kecewa dengan hasil yang ku toreh, tidak hanya terjadi kali ini saja. Sebanyak aku berusaha bangkit, sebanyak itu pula rasa sakit yang harus ku tangkis.


Dihadapkan pada kegagalan yang kesekian kalinya, beriring dengan banyaknya cara yang kucoba untuk yakin bahwa hari ini bukan akhir dari segalanya.


Yakin saja ternyata tidak cukup.

Usaha saja ternyata belum mempan.


Usaha apapun yang ku tlah coba. Semua tak menunjukkan hasil juara. Seperti banyaknya orang, aku pun demikian. Aku juga ingin merasakan rasanya jika salah satu deretan nama sang juara itu adalah namaku.


Saat ini hanya bisa menerawang luka. Tertawa pada kegagalan yang sama.

Tertawa pada diri yang harus kecewa lagi.

Tertawa pada nasib yang tak kunjung berubah.


Sampai kapan ya harus Seperi ini?


Apa ya rasanya, jika jadi juara?


Pasti bangga ya. Saat namamu tertulis jadi satu diantara para juara.

Arghhh, aku pun tak tau bagaimana menggambarkannya. Karna aku belum jadi salah satunya.


Kecewa

 Akhirnya tiba pada puncak acara yang ku tunggu-tunggu.

Selama menunggu, ku khidmat mengikuti alur hingga tak terasa setiap detik, menit, hingga jam ku hitung hingga tiba detik pengumuman pemenang tengah didepan mata.

Dag dig dug. jantungku tak henti berdegub.

Perlahan ku dengar baik-baik apa yang di sebut oleh pemandu acara saat itu.

Satu persatu nama pemenang di sebut, mulai dari kategori terfavorit, juara ketiga, kedua, hingga pertama. Dengan di dahului nominasi lomba microblogging, lalu berlanjut pada nominasi lomba podcast. Aku termasuk peserta di dua lomba itu. 


Jantungku tak henti berdegub

Sangat Berharap satu di antara kategori itu ada namaku.


Pengumuman pemenang kategori lomba microblogging sudah lewat, walau namaku tak ada di sebut, aku tetap mendengarkan dengan khusyuk pengumuman lomba selanjutnya yaitu nominasi lomba podcast. 


Senyumku merekah, harapku tinggi melambung, jantungku berdebar lebih kencang dari sebelumnya. Mataku terpejam, ingin membuka ketika nama ku di sebut.

Masih menunggu. 


Draggg..


Mataku terbelalak.

Bibirku kelu tak mampu berucap.

Batinku sesak.


Untuk kesekian kalinya, ku harus menelan kekecewaan. Lagi!

Ingin Melampiaskan kesal, tapi tak tau dengan cara apa, agar bisa lupa.


Kecewa

Sedih

Malu

Pilu

Sesak


Rasanya tak ada  yang bisa menggambarkan semua rasa pedih itu selain dengan menangis.


Tangisku pecah sejadi-jadinya.

Di gelap malam, ku tumpahkan semua.

Di saat semua tengah lelap di dunia mimpinya. Aku seorang diri, berderai air mata.


Ku pandang karyaku. 

Sejelek itukah, hingga satu nominasi tak dapat ku renggut?


Dulu, ketika jatuh pada kata "gagal", entah yang beberapa. Allah beri ganti hari itu dengan nikmat kesenangan berupa hadiah hasil pertanyaan yang ku ajukan pada pematik beberapa acara seminar atau yang serupa dengan itu.


Lumayan (dalam batinku ).

Setidaknya ada kenang-kenangan yang ku bawa pulang. Sedikitnya ada berita gembira yang dapat ku ceritakan pada dirimu. Setidaknya aku telah berani Speak up, walau hanya sebatas bertanya.

Tapi rasa nagihnya itu yang bikin kecanduan untuk melakukan hal yang sama. Alhamdulillah, di beberapa event, aku mendapatkn apa yang ku inginkan.


Saat aku sedang ingin punya buku planner. Awalnya dari melihat story Instagram penjual buku planner. Cover dengan warna dan motif yang menarik, membuatku tak henti memandang dan memilikinya. bahkana ku sematkan utk disimpan di beranda Instagram ku. Harap-harap uang terkumpul cukup untuk membelinya.


Alhamdulillah, Allah ijabah melalui keikut sertaanku dalam sebuah seminar kepenulisan yang menjanjikan doorprize berupa buku planner yang ku inginkan.


Dengan bersemangat dan penuh percaya diri, aku meyakinkan diri, bahwa aku pasti bisa jadi kategori pemenang doorprize itu.


Singkatnya, setelah menunggu pengumuman pemenang doorprize hampir satu Minggu lamanya. Akhirnya pengumuman yang ditunggu-tunggu tlah tiba. 

Alhamdulillah, Allah benar tak pernah menyalahi janji-Nya. Allah ganti rasa kecewa yang terpendam itu dengan hal yang lebih aku butuhkan, selain hanya kategori pemenang. Impian ku mempunyai buku planner akhirnya tak jadi sebuah halu. Nyatanya buku itu ada di depan mataku.

Sabtu, 12 Desember 2020

Potensi yang terpendam

 Kita selalu membayangkan bahwa potensi dalam diri kita tak seberapa di banding mereka yang jelas telah menoreh hasil atas kerja kerasnya.


Kita selalu melihat hasil orang lain. Lalu beranggapan bahwa kita bukan apa-apa.


Bukan karna tidak bisa apa-apa, tapi kitanya yang tidak mengoptimalkan apa yang ada dalam diri kita.


Optimis dengan kegagalan, bukan mencirikan diri kita sebagai pemenang. Malah bisa dibilang mental pecundang.

Saat muslimah mulai jatuh cinta

Cerita Epa Pariyanti, Pertukaran Mahasiswa Merdeka, Angkatan 1

  BERTUKAR SEMENTARA BERMAKNA SELAMANYA (Doc. acara pelepasan mahasiswa PMM dengan menggunakan baju adat daerah m...