Sekeras-kerasnya batu pun akan terkikis oleh hempasan ombak. Sekuat-kuatnya kayu, akan tertebas oleh tajamnya kapak.
Sekeras-kerasnya hati manusia, pasti akan luluh oleh hidayah yang mampu menggetarkan batin. Sebanyak apapun dosa Seorang hamba, Akan selalu Allah ampuni. Tinggal manusia yang mau atau tidak.
Kesenangan dunia nyatanya lebih menggoda ketimbang menaati perintah Tuhan. Ketidak berdayaan kita luput dari dosa, seakan menggoda untuk melakukannya. Akhirnya seiring terus menerus melakukan hal yang jelas-jelas tak ada faedahnya. menganggap itu hal yang biasa, tanpa ada rasa takut akan akibatnya.
Akhirnya tak ada rasa takut dan malu berbuat dosa. Bahkan tak segan memamerkannya di dunia maya. Seakan dosa itu bukan noda.
Entah dunia ini yang terbalik atau memang sudah masanya seperti ini.
TAK SEPERTI YG TERKIRA
Di sisi yang berbeda, ku lihat ada seorang wanita tengah tergopoh-gopoh memakai kaus kaki dan kain yang menutupi pergelangan tangannya. Ku tatap ia sepertinya sedang terburu-buru, terlihat dari cara berjalan dan cara memasukkan buku di dalam ranselnya.
Tak berselang lama, kupandang orang-orang di sekelilingnya. Mataku tertuju pada sosok wanita berambut panjang di antara keramaian wanita yang mengenakan hijab.
aku lihat kali ini, bukanlah yang pertama kali.
Baru ku sadari bahwa wanita yang berbeda itu ternyata tergabung dalam sebuah LDK (lembaga dakwah kampus) yang mayoritas anggotanya mengenakan hijab bagi wanita dan celana cingkrang bagi pria.
Tatapku dirundung tanda tanya. Apakah wanita itu tidak merasa aneh dengan penampilannya? Atau kah organisasinya yang terlalu terbuka menerima anggota?
...
Sang Surya mulai menyapa dengan pancaran sinar terangnya. Sinarnya mampu membuka banyak mata yang tengah terlelap dalam mimpi. Suara Kokok ayam dan kicauan burung turut membuka hari, pertanda bahwa sudah masuk pagi.
Kali ini suasana amat berbeda. Tak seperti biasanya wanita yang kulihat sering bersama para wanita yang berhijab, kala itu tidak berkumpul bersama mereka. Tatapku tak luput dari mereka. Ku lihat sepertinya mereka sedang membicarakan suatu hal yang penting. Terlihat jelas dari raut wajah salah satu wanita yg sangat serius dan paling sering berbicara.
Melihat mereka, aku teringat. Apabila detektif sedang merencanakan sebuah misi khusus, ia akan berkumpul bersama rekannya di suatu tempat rahasia untuk membahas strategi yg nantinya menjadi konsepan aksi.
Kira2 seperti itu gambaran suasana dari kumpulan wanita berhijab di sudut gazebo. Btw, gazebo adalah tempat yang di sediakan oleh fakultas untuk mahasiswa bertukar fikiran. Istilah sederhanannya tempat nongkrong mahasiswa.
Singkat cerita, ternyata wanita yang berambut panjang itu namanya Laila. Laila adalah salah satu mahasiswi jurusan informatika. Laila sangat aktif dalam beberapa organisasi. Salah satunya Lembaga dakwah Fakultas. Walaupun penampilannya agak berbeda dari teman-teman di lembaga tersebut.
Permasalahan bermula, saat Laila sering absen saat rapat dan sering tidak msuk kuliah. Teman-teman Laila sangat khawatir dengan Laila. Pagi itu, mereka sedang merencanakan akan kerumah Laila. Namun ternyata ada sedikit perdebatan di antara mereka. Salah satu dari mereka mulai angkat bicara. "Kayaknya, Laila udah sadar kalau dia itu berbeda dari kita. Kita di ldf semuanya pake hijab. lah dia masih aja gak pake hijab" Kata Ainun dengan ketus. Indah yang mendengar lalu berkata "kita gak ada hak untuk menilai apakah orang itu berdosa atau tidak. kita juga gak bisa langsung menjudge bahwa kita yang ada ada dilembaga dakwah gak bakal luput dari dosa. jadi, kita gak boleh suuzon sama orang. bisa jadi dia sedang dalam tahap proses memperbaiki diri. tugas kita bukan menyalahkan tapi merangkul" Indah membalas ketus Ainun . "Lagi pula soal Laila yang tidak pake hijab, itu mungkin karna dia lagi tahap meyakinkan diri, dan kita sebagai teman harus dukung dan suport dia, Oke" Tambah Indah. Mendengar ucapan indah, semua temannya mengangguk.
Sore itu, mereka berangkat ke rumah Laila. Sesampainya di rumah Laila, mereka terkejut mendengar suara pertengkaran di dalam rumah Laila. Mereka semangkin khawatir pada Laila.
Salah satu dari mereka berencana "besok kita janjian sama Laila untuk ketemu, aja, gimana?"
Karna melihat situasi yang tidak kondusif di rumah Laila, mereka pun menyetujui saran itu.
...
Keesokan harinya, sebelum bertemu dengan Laila. Indah mengirim paket kerumah Laila. Indah meresa bersalah pada Laila karna tidak peka akan masalah yang di hadapinya.
Sesampainya Laila di cafe. Laila di sambut dengan senyum dari teman-temannya. "Assalamu'alaikum" Indah menyapa Laila yang sedang berjalan menuju arah mereka. "Wa'alaikumussalam" saut Laila membalas salam indah. "Silakan duduk, lai" Ainun sambil menggeser kursi di sampingnya. "Gimana kabarmu lai? Udh beberapa hari ini kami nunggu kamu loh di sekre" Riska sambil cipak cipiki dengan Laila. "Iya lai, kami kangen banget sama kamu" Ainun sambil menepuk lembut tangan Laila. Indah dan meli tak kalah angkat bicara. "Aku juga kangen sama kamu lai" saut meli. "Kami semua kangen kamu lai" saut indah
"Alhamdulillah keadaan aku baik kok teman-teman. Jujur, aku juga kangen sama kalian" Saut Laila.
"Oiya, aku lupa bilang sama kalian, kalau aku sekarang udah kerja, jadi aku pindah jadi anak PPAPK. Karna jadwal kuliah aku malem dan dari pagi hingga sore aku kerja. Aku benar-benar minta maaf kalau baru sekarang aku bilang sama kalian" tambah Laila.
"Oo pantesan, aku gak pernah liat kamu lagi di kampus. Aku khawatir kamu ...(Dian sejenak). Syukurlah kalau kamu masih tetap kuliah lai. Aku ngira yg enggak-enggak hee" saut Ainun dengan ekspresi malu.
"Syukurlah lai, kami khawatir kamu gak lagi kuliah. Dan untuk masalah di LDF, Insyaallah kamu akan ditetap Nerima lai, walaupun untuk kinerja mungkin nanti dri Laila bisa menyesuaikan enaknya gimana" indah meyakinkan.
Pertemuan itu menjadi penerang kegelisahan teman-teman Laila. Laila mulai terbuka atas masalah yang sedang di hadapinya. Indah dan teman-teman yang lain baru tau bahwa ayah Laila di PHK, dan ibu Laila yang di tagih rentenir karna tidak mampu bayar utang. Sehingga Laila harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan membayar hutang ibunya.
Jauh dari itu semua, Laila juga terbuka soal kenapa dia tidak menggunakan hijab. Sudah sejak lama ia ingin menggunakan hijab. Namun, karna himpitan ekonomi dia tidak mampu untuk membeli hijab dan pakaian panjang yang sering di gunakan teman Laila. Laila meminta maaf. Atas ketidak terbuka Laila pada temannya dan membuat temannya khawatir akan Keadaannya. Ia berjanji, tidak akan membuat temannya khawatir lagi.
Sebelum Laila berpamitan, mereka berpelukan dan saling menyemangati satu sama lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar