Semangkin tinggi mendaki, maka terlihat semangkin kecil ukuran manusia. Maka tak heran, kenapa Allah tak memandang rupa. Toh, dari atas langit saja manusia hampir tak terlihat.
Bagaimana Allah memandang standard rupa menjadi kemuliaan, jika manusia saja, hampir tak terlihat dari atas sana.
Bagaimana Allah menilai harta sebagai standard kebahagiaan, jika dengan harta malah membuat manusia bergelut hingga menghalalkan segala cara untuk memperkaya dirinya.
Oleh karnanya, Manusia tak dianggap mulia karna parasnya, tak pula selalu bahagia dengan hartanya. Namun mulia dan bahagia dengan segala perbaikan dalam dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar