Postingan

Rabu, 23 Desember 2020

Menertawakan luka

 Untuk kesekian kalinya kata itu lagi-lagi ku dengar. "Gagal"

Berulang kuberusaha berbaik sangka bahwa akan ada saatnya aku tak kecewa karna kegagalan. Rasanya sakit, dada seakan tertusuk duri. Pokoknya sakit banget. 


Niat hati ingin teriak sekeras-kerasnya.

Ingin meluahkan rasa sakit agar lega setelahnya. Tapi itu tak mempan. Malah hanya meninggalkan bekas rasa malu.


Kecewa dengan hasil yang ku toreh, tidak hanya terjadi kali ini saja. Sebanyak aku berusaha bangkit, sebanyak itu pula rasa sakit yang harus ku tangkis.


Dihadapkan pada kegagalan yang kesekian kalinya, beriring dengan banyaknya cara yang kucoba untuk yakin bahwa hari ini bukan akhir dari segalanya.


Yakin saja ternyata tidak cukup.

Usaha saja ternyata belum mempan.


Usaha apapun yang ku tlah coba. Semua tak menunjukkan hasil juara. Seperti banyaknya orang, aku pun demikian. Aku juga ingin merasakan rasanya jika salah satu deretan nama sang juara itu adalah namaku.


Saat ini hanya bisa menerawang luka. Tertawa pada kegagalan yang sama.

Tertawa pada diri yang harus kecewa lagi.

Tertawa pada nasib yang tak kunjung berubah.


Sampai kapan ya harus Seperi ini?


Apa ya rasanya, jika jadi juara?


Pasti bangga ya. Saat namamu tertulis jadi satu diantara para juara.

Arghhh, aku pun tak tau bagaimana menggambarkannya. Karna aku belum jadi salah satunya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saat muslimah mulai jatuh cinta

Cerita Epa Pariyanti, Pertukaran Mahasiswa Merdeka, Angkatan 1

  BERTUKAR SEMENTARA BERMAKNA SELAMANYA (Doc. acara pelepasan mahasiswa PMM dengan menggunakan baju adat daerah m...